Baru-baru ini, para ahli Kaspersky telah mendeteksi adanya peningkatan sebanyak dua kali lipat terkait jumlah pengguna yang terserang melalui software pembersih palsu (cleaner).
Para pengguna ini sendiri terserang melalui program penipuan yang disematkan oleh penjahat siber di dalam software pembersih palsu tersebut.
Program penipuan dirancang untuk mengelabui pengguna agar membayar sejumlah uang yang diduga sebagai biaya perbaikan komputer yang serius.
Berdasarkan angka, jumlah pengguna yang terkena serangan mencapai 1.456.219 selama paruh pertama 2019.
Angka ini meningkat dibandingkan pada periode yang sama pada 2018, yaitu berjumlah 747.322.
Bahkan, selama paruh pertama 2019 diinformasikan bahwa beberapa upaya serangan menjadi lebih canggih dan semakin berbahaya.
Dalam kasus penipuan ini, para pelaku kejahatan siber memanfaatkan software pembersih palsu untuk menyamarkan malware seperti trojan atau ransomware agar masuk ke komputer milik korbannya.
Waspada Software Cleaner Palsu
Komputer yang lambat atau berkinerja buruk adalah keluhan umum di antara para pengguna PC, dan terdapat banyak software asli yang tersedia untuk memecahkan masalah tersebut.
Namun, di antara semua yang asli, terdapat pula software palsu yang dikembangkan oleh para pelaku penipuan agar meyakini pengguna bahwa komputer mereka dalam bahaya kritis, misalnya seperti kelebihan memori, dan harus segera dibersihkan.
Pelaku kemudian menawarkan layanan seperti pembersihan sebagai imbalan untuk pembayaran. Kaspersky mendefinisikan dan mendeteksi program tersebut sebagai ‘hoax system cleaners’.
Setelah menerima izin dan pembayaran dari pengguna, pelaku penipuan memasang sebuah program palsu yang mengklaim untuk membersihkan PC, tetapi yang kerap terjadi adalah program justru tidak berbuat apapun hingga meng-install adware.
Layaknya badai yang mengganggu, terpaan iklan yang bertubi-tubi pun akan terus muncul pada perangkat komputer milik korban penipuan ini.
Seperti dijelaskan di awal, penipuan dengan cara ini semakin meningkat di berbagai negara di dunia.
Negara-negara yang paling terkena dampak serangan dengan pembersih palsu pada paruh pertama 2019 menunjukkan seberapa luas ancaman tersebut: memimpin daftar adalah Jepang dengan 12% pengguna yang terkena dampak, diikuti oleh Jerman (10%), Belarus (10%), Italia (10%), dan Brasil (9%).
“Kami telah menyaksikan bagaimana fenomena “hoax cleaners” ini telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, dan ini merupakan ancaman yang aneh. Di satu sisi, banyak sampel yang kami lihat menyebar lebih luas dan menjadi lebih mengancam, berkembang dari skema 'penipuan' sederhana menjadi malware yang berfungsi sepenuhnya dan berbahaya,” kata Artemiy Ovchinnikov, peneliti keamanan di Kaspersky.
“Di sisi lain, mereka begitu luas dan tampaknya tidak merugikan, sehingga jauh lebih mudah bagi mereka untuk menipu pengguna agar membayar layanan, daripada menakuti mereka dengan screen blocker ataupun malware yang tidak diinginkan lainnya. Namun, kedua metode ini terbukti menunjukkan hasil yang sama yaitu para pengguna kehilangan uang mereka,” tambahnya.
Beberapa sistem pembersih palsu yang telah dideteksi oleh Kaspersky di antaranya yaitu Hoax.Win32.PCFixer, Hoax.Win32.PCRepair, Hoax.Win32.DeceptPCClean, Hoax.Win32.Optimizer, dan Hoax.MSIL.Optimizer.
Untuk menghindari menjadi korban software pembersih palsu, para peneliti Kaspersky memberikan beberapa tips berikut ini:
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR