Sejak awal, dia menegaskan, ada perbedaan konsep yang diterapkan Anterin, jika dibandingkan dengan pesaingnya, Gojek dan Grab.
Dia meluruskan salah paham publik yang menilai bahwa Anterin sama dengan Grab dan Gojek.
"Padahal kita konsepnya sangat beda. Memang iya layanan transportasi juga, tapi konsep kita market place. Marketplace ini kan kita bebaskan menentukan harga sendiri," ungkapnya.
Artinya, mitra pengemudi Anterin boleh menentukan harga sendiri. Namun, dia menegaskan harga yang dipatok tidak boleh melanggar aturan tarif batas atas dan batas bawah sesuai ketentuan regulasi pemerintah.
"Kita hadir dengan konsep yang baru. Saya berani klaim yang pertama, karena driver tidak dari komisi, hanya bayar biaya langganan, biaya langganannya hanya mingguan-bulanan" urainya.
Dengan begitu, Anterin murni hanya bertindak sebagai platform yang menghubungkan interaksi tawar-menawar antara pelanggan dan mitra pengemudi.
Saat ini, biaya langganan per bulan yang dibebankan kepada mitra dibanderol Rp 150.000.
Dia kembali menegaskan, setiap uang yang didapat mitra pengemudi dari hasil pesanan pengguna jasa tidak akan dipotong. 100% masuk ke kantong mitra yang meraih order berdasarkan lelang di aplikasi ini.
"Kenapa seperti itu, supaya kita bisa meningkatkan pendapatan dari driver, dan kedua driver-driver ini bisa dapat langganan. Supaya problem sosial driver-driver ini bisa terselesaikan," bebernya.
Asal tahu saja, Anterin bukan kompetitor pertama Grab dan Gojek di pasar transportasi online.
Sebelumnya sudah banyak layanan ride hailing yang hadir untuk bersaing tapi kemudian namanya hilang atau bahkan bangkrut.
Sebut saja ladyjek, bangjek, taksijek dan lainnya. Mereka semua tak bisa bersaing dengan Grab dan Gojek yang menerapkan strategi bakar uang atau diskon tarif.
Grab dan Gojek juga sudah siap rugi dalam jangka panjang karena mendapat suntikan dana dari banyak investor.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR