Platform Anterin akan jadi kompetitor Grab dan Gojek di transportasi online di Indonesia.
Manajemen Anterin sudah siapkan sejumlah strategi untuk menghadapi dua raksasa ride hailing ini.
CEO sekaligus Founder Anterin, Imron Hamzah, mengatakan banyak perbedaan Anterin dengan aplikator 'status quo' yang justru bisa dimanfaatkan sebagai senjata dalam bersaing. Salah satunya mengenai pendanaan.
"Kita masih pendanaan lokal, belum besar, tapi kita ini hadir dengan memang ingin berbisnis bukan bakar uang," ujarnya di Kantor Direktorat Angkutan Jalan Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub.
Di sisi lain, dia juga membuka peluang berkolaborasi dengan siapa saja. Bahkan, mitra pengemudi yang sudah terdaftar di aplikator lain terang-terangan dibolehkan bermitra dengan Anterin.
"Jangan kaget kalau order Anterin tapi yang keluar pakai jaket Gojek atau Grab. Tidak masalah karena konsepnya market place," urainya.
Bagi Imron Hamzah, pilihan melayani order sepenuhnya akan ada di tangan mitra pengemudi.
Karena itu, pengemudi yang terdaftar di aplikator lain bisa mempertimbangkan selisih harga di jam-jam sibuk dan jarak antar.
"Banyak mitra pengemudi tidak satu aplikasi, dua-duanya atau bahkan tiga. Nah salah satu alternatif di kami, salah satu kekuatan kami di jarak jauh, kalau Gojek dan Grab itu pengemudi jam sibuk cari jarak dekat supaya dapat insentif. Anterin jarak jauh tetap dianter karena 100% komisi buat dia," imbuhnya.
Dia mengaku, saat ini Anterin sudah hadir di 33 kota. Dia masih terus mengajak kolaborasi mitra-mitra di daerah. 90% mitra pengemudi aktif di transportasi ojek online.
"Tapi ke depan kami kolaborasi dengan perusahaan taksi, apalagi ada ganjil genap, semoga bertambah lagi, tapi mitra kami sudah banyak juga mobil," tuturnya.
Usung Konsep Marketplace
Sejak awal, dia menegaskan, ada perbedaan konsep yang diterapkan Anterin, jika dibandingkan dengan pesaingnya, Gojek dan Grab.
Dia meluruskan salah paham publik yang menilai bahwa Anterin sama dengan Grab dan Gojek.
"Padahal kita konsepnya sangat beda. Memang iya layanan transportasi juga, tapi konsep kita market place. Marketplace ini kan kita bebaskan menentukan harga sendiri," ungkapnya.
Artinya, mitra pengemudi Anterin boleh menentukan harga sendiri. Namun, dia menegaskan harga yang dipatok tidak boleh melanggar aturan tarif batas atas dan batas bawah sesuai ketentuan regulasi pemerintah.
"Kita hadir dengan konsep yang baru. Saya berani klaim yang pertama, karena driver tidak dari komisi, hanya bayar biaya langganan, biaya langganannya hanya mingguan-bulanan" urainya.
Dengan begitu, Anterin murni hanya bertindak sebagai platform yang menghubungkan interaksi tawar-menawar antara pelanggan dan mitra pengemudi.
Saat ini, biaya langganan per bulan yang dibebankan kepada mitra dibanderol Rp 150.000.
Dia kembali menegaskan, setiap uang yang didapat mitra pengemudi dari hasil pesanan pengguna jasa tidak akan dipotong. 100% masuk ke kantong mitra yang meraih order berdasarkan lelang di aplikasi ini.
"Kenapa seperti itu, supaya kita bisa meningkatkan pendapatan dari driver, dan kedua driver-driver ini bisa dapat langganan. Supaya problem sosial driver-driver ini bisa terselesaikan," bebernya.
Asal tahu saja, Anterin bukan kompetitor pertama Grab dan Gojek di pasar transportasi online.
Sebelumnya sudah banyak layanan ride hailing yang hadir untuk bersaing tapi kemudian namanya hilang atau bahkan bangkrut.
Sebut saja ladyjek, bangjek, taksijek dan lainnya. Mereka semua tak bisa bersaing dengan Grab dan Gojek yang menerapkan strategi bakar uang atau diskon tarif.
Grab dan Gojek juga sudah siap rugi dalam jangka panjang karena mendapat suntikan dana dari banyak investor.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR