Sebagai satu dari sedikit wanita paling berpengaruh di industri teknologi ditambah lagi posisi kuncinya di IBM sebagai presiden dan CEO, Rometty telah direkrut Trump bahkan sebelum ia memenangkan pemilu. Ia kemudian diangkut sebagai anggota Strategic and Policy Forum.
Melansir Recode.net (16/08/2017), Rometty disebut sengaja masuk ke administrasi Trump demi mendongkrak penjualan sekaligus produk dan teknologi dari IBM. Sayang, beberapa pegawainya sendiri tidak suka dengan strateginya.
8. Brian Chesky
Di bawah komandonya, Airbnb tahun 2015 lalu menghabiskan lebih dari US$8 juta (Rp111 miliaran) untuk melawan rencana pelarangan penyewaan rumah dalam durasi pendek di San Francisco. Menariknya, tak cuma mitra Airbnb yang bakal terdampak jika layanan ini direalisasikan, tetapi juga mereka yang menyewakan rumahnya di platform lain macam Craigslist.
Tahun ini, Chesky dan Airbnb memberikan dukungan dana terhadap politisi Gavin Newsom yang tengah berjuang menjadi Gubernur California. Newsom sendiri merupakan politisi yang membantu penggagalan aturan pelarangan sewa rumah short time tiga tahun lalu itu.
9. Travis Kalanick
Mantan CEO Uber ini juga sempat berada di tim yang sama dengan Musk. Di tim itu, pengalaman Kalanick sebagai pentolan perusahaan teknologi multi-nasional diharapkan mampu membantu banyak hal, seperti transformasi sosial dan teknologi.
Ia kemudian meninggalkan posnya setelah ditentang oleh para pegawai dan pengguna Uber. Kalanick merupakan anggota dewan penasihat Trump yang pertama kali mundur.
10. BJ Habibie
Selain Nadiem, Indonesia memiliki tokoh teknologi lainnya yang masuk ke dunia politik yaitu Presiden Indonesia ke-3, Baharuddin Jusuf Habibie.
BJ Habibie, dalam buku biografi yang berjudul The True Life of B.J. Habibie disebut sebagai Bapak Teknologi Indonesia. A. Makmur Makka menuliskan bahwa pemikiran-pemikiran Habibie yang high-tech mendapatkan respon baik dari Presiden ke-2 Soeharto.
Bisa dikatakan bahwa Soeharto mengagumi pemikiran Habibie, sehingga pemikirannya dengan mudah disetujui pak Harto.
Pada 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di Kawasan Asia Tenggara. Nurtanio merupakan Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia.
Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985, sebelum direstrukturisasi menjadi PT Dirgantara Indonesia pada Agustus 2000.
Atas prakarsa Habibie, dibentuk PT Industri Strategis yang menjadi induk sejumlah persero termasuk IPTN, PT PAL dan PT PINDAD.
Sejak pendirian industri-industri statregis negara, setiap tahun pada saat pemerintah Soeharto menganggarkan dana APBN yang cukup besar untuk mengembangkan industri teknologi tinggi.
Anggaran yang sangat besar dikeluarkan sejak 1989 saat Habibie memimpin industri-industri strategis.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR