Isu keamanan terus membayangi WhatsApp kendati ia menjadi aplikasi pesan instan paling populer di dunia.
Isu keamanan di WhatsApp ini menjadi perhatian khusus bagi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yang melarang para pejabatnya berkomunikasi dengan WhatsApp sejak Juni 2019.
Menurut laporan Reuters, keamanan yang dinilai rentan pada WhatsApp, membuat para pejabat PBB tidak diperbolehkan untuk memakai WhatsApp.
Juru Bicara PBB, Farhan Haq menjelaskan, bahwa WhatsApp tidak didukung dengan sistem keamanan yang baik sehingga menimbulkan kerentanan untuk diretas. "Para pejabat senior di PBB telah diperintahkan untuk tidak menggunakan WhatsApp. Itu tidak didukung sebagai mekanisme yang aman," katanya.
Ketika ditanya apakah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah berkomunikasi memakai WhatsApp dengan putra mahkota Arab Saudi atau pemimpin dunia lainnya?. Haq dengan tegas menyatakan Sekjen PBB itu tidak memakai WhatsApp untuk berkomunikasi.
"Tidak, saya tidak percaya sekretaris jenderal menggunakannya," jelas Haq.
Dia kemudian menambahkan bahwa arahan untuk tidak menggunakan aplikasi pesan WhatsApp diberikan kepada pejabat Amerika Serikat, termasuk PBB pada bulan Juni tahun lalu.
WhatsApp pun sudah memberikan tanggapan soal platform-nya yang tidak dipakai oleh para pejabat AS dan PBB karena isu keamanan.
Director of Communications WhatsApp, Carl Woog, menegaskan bahwa platform WhatsApp telah memiliki perlindungan khusus untuk mencegah orang lain, bahkan WhatsApp sekalipun dapat melihat obrolan.
"Setiap pesan pribadi dilindungi oleh enkripsi end-to-end untuk membantu mencegah WhatsApp atau orang lain dari melihat obrolan. Teknologi enkripsi yang kami kembangkan dengan Signal sangat dihargai oleh para pakar keamanan dan tetap menjadi yang terbaik yang tersedia untuk orang-orang di seluruh dunia," ungkap Woog.
Lebih lanjut Woog menjamin WhatsApp menyediakan keamanan terdepan untuk seluruh penggunanya di dunia yang mencapai 1,5 miliar.
Masalah keamanan WhatsApp menjadi perhatian publik dunia, akibat munculnya kasus peretasan yang dialami pendiri sekaligus CEO perusahaan e-commerce Amazon, Jeff Bezos, yang diduga terjadi melalui WhatsApp.
Para ahli keamanan siber di PBB menuduh Arab Saudi menggunakan platform WhatsApp untuk meretas smartphone milik Bezos.
Menurut beberapa sumber ahli kepada The Guardian, pelakunya adalah Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman.
Sejumlah ahli menganalisis, peretasan smartphone Bezos itu terjadi setelah ia menerima sebuah pesan video di WhatsApp dari nomor yang teridentifikasi milik Putra Mahkota Arab Saudi. Kasus ini terjadi pada Mei 2018 lalu.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR