Keterlambatan dalam memprediksi perkembangan bentuk kompetisi di masa mendatang, tanpa disadari dapat menjadi penyebab usahawan mikro dan kecil sulit berkembang. Terlebih lagi, bisnis yang sudah berjalan lama sering dianggap aman dari ancaman persaingan usaha.
Padahal bisa jadi, di masanya mungkin pemain masih sedikit, produk masih eksklusif, serta lokasi masih strategis. Sayangnya, di era modernisasi dan ekonomi digital seperti saat ini, ketiga faktor di atas bukan lagi penentu sebuah usaha bisa bertahan.
Michael Williem (CEO Qasir) menyebut, usahawan perlu mempertimbangkan dan menentukan produk yang tepat untuk UMKM.
Menurut Michael, usahawan mikro dan kecil menjamur karena kemudahan memasuki dunia usaha. Namun yang seringkali terlewat, mereka tidak membekali diri dengan kesiapan menghadapi persaingan yang terus berganti seiring perkembangan teknologi.
“Permintaan masyarakat kini datang tidak hanya atas dasar kebutuhan, tetapi juga karena dibentuk oleh pasar. Misalnya saja, metode pembayaran cashless," imbuh Michael.
Potensi cashback dan kemudahan belanja tanpa uang tunai membuat pembeli tertarik untuk memiliki dompet digital dari ponsel. Dampaknya, mereka akan menyambangi merchant-merchant yang menyediakan layanan cashless.
Hal semacam inilah yang kerap luput dari perhitungan pemain lama, khususnya yang masih berada dalam skala mikro dan kecil.
Celah ini yang kemudian dimanfaatkan oleh Qasir, dengan memilih fokus untuk menyediakan solusi bagi persoalan paling mendasar, yakni penguatan kapasitas bisnis lewat manajemen pencatatan.
Aplikasi POS Qasir dan Miqro dirancang untuk mewadahi semua kebutuhan pencatatan usahawan, mulai dari mencatat stok, mencatat kasbon, pembelian, penjualan, sampai ke sistem pembayaran nontunai.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, saat Lokakarya Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) menyebutkan bahwa pertumbuhan sektor UMKM terus meningkat tiap tahunnya.
Pada tahun 2018, UMKM berkontribusi sebesar Rp8.400 triliun atau setara 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp14.000 triliun.
Michael menambahkan, jika melihat angka di atas, hal ini merupakan potensi besar yang harus didukung keberlangsungannya. Karenanya Qasir hadir melayani masyarakat tidak hanya sebagai penyedia aplikasi, tetapi juga sebagai ekosistem yang terintegrasi bagi pelaku UMKM di Indonesia.
"Kami percaya jika potensi ini dikelola dengan benar, maka dampaknya akan sangat besar bagi kemajuan UMKM tanah air,” tutup Michael.
Penulis | : | Indah PM |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR