Munculnya teori konspirasi yang sesat tentang virus corona telah memberi ancaman serius terhadap langkah dunia menangani pandemi global dari Covid-19 ini. Sebab, tak sedikit orang yang meyakini teori-teori konspirasi yang telah tersebar luas tersebut.
Lantas, mengapa orang masih saja percaya pada teori-teori konspirasi yang sebagian besar adalah berita palsu, hoaks dan klaim sesat tentang pandemi virus corona ini?
Melansir New York Times, virus corona telah memunculkan banyak teori konspirasi, disinformasi dan propaganda.
Kondisi ini kian mengikis kepercayaan publik dan semakin menyulitkan tenaga medis dalam menangani penyakit yang telah merenggut lebih dari 160.000 orang di seluruh dunia ini.
Kendali informasi di tengah pandemi
Keyakinan bahwa seseorang mengetahui rahasia pengetahuan terlarang seolah menawarkan kepastian dan kendali di tengah krisis yang telah menggegerkan dunia. Selain itu, berbagai pengetahuan dapat memberi orang sesuatu yang sulit didapat selama masa lockdown akibat pandemi ini.
"Ini menjadi bahan untuk mengarahkan orang-orang ke teori konspirasi," kata Karen M. Douglas, seorang psikolog sosial yang mempelajari kepercayaan pada konspirasi di University of Kent di Inggris.
Para psikolog mengatakan rumor dan klaim yang jelas-jelas tidak dapat dipercaya disebarkan setiap hari oleh orang-orang yang memiliki kemampuan kritis di tengah rasa bingung dan ketidakberdayaan masyarakat di tengah pandemi corona.
Akses informasi yang luas
Teori konspirasi semuanya membawa pesan umum, yakni satu-satunya perlindungan datang dari mereka yang memiliki kebenaran rahasia yang tidak ingin mereka dengar.
Perasaan aman dan kontrol yang ditawarkan rumor semacam itu mungkin hanya ilusi, tetapi dampaknya sangat besar terhadap rusaknya kepercayaan publik.
"Kami pernah menghadapi pandemi sebelumnya. Namun, saat itu manusia belum memiliki banyak akses informasi seperti yang mereka lakukan sekarang," ujar Graham Brookie, yang mengarahkan Atlantic Council’s Digital Forensic Research Lab.
Berkembangnya ekosistem dengan informasi keliru dan ketidakpercayaan publik ini telah membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan adanya infodemik di tengah pandemi virus corona global saat ini.
Source | : | New York Times |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR