Pertumbuhan Pengguna yang Pesat
Dalam menghadirkan layanannya, aplikasi Tumbasin.id memberikan beberapa pilihan pasar tradisional yang sekaligus mendatangkan order ke para pedagang pasar yang telah bekerja sama dengan jaminan kualitas produk yang diantarkan.
Terkait untuk pengantaran,setiap pengguna akan dikenakan biaya sebesar Rp10 ribu untuk semua pengiriman di wilayah Kota Semarang.
"Untuk pengantaran, kami telah bekerja sama dengan pihak ketiga. Sehingga, Tumbasin.id hanya fokus untuk menjaga kualitas produk yang dipesan ke pedagang," ujar Bayu.
Lebih lanjut, terkait dengan jumlah pengguna, boleh dibilang aplikasi Tumbasin.id mengalami pertumbuhan yang cukup pesat untuk sebuah aplikasi yang beroperasi di satu wilayah kota saja.
“Sejak tiga tahun terakhir, Tumbasin.id mencatat pengguna sudah ada sebanyak 30.000 pengguna dengan pengguna aktif harian yang mencapai 500 pengguna,” cetus Bayu.
Baca Juga: Shooper: Aplikasi untuk Membandingkan Harga Produk di Toko Offline
Hadir di Yogyakarta
Sebagai langkah untuk memperluas pengguna di layanannya, Tumbasin.id baru-baru ini mengumumkan bahwa aplikasinya kini bisa digunakan oleh masyarakat di wilayah Yogyakarta.
“Melalui aplikasi Tumbasin.id, interaksi masyarakat Yogyakarta dalam beraktivitas di pasar tradisional tentunya akan lebih diminimalisir sehingga risiko kontak terhadap penyebaran Covid-19 juga lebih minim, tanpa mengurangi pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan rumah tangga,” terang Bayu
Bayu menyebutkan untuk wilayah Yogyakarta, di tahap awal pihaknya akan menggandeng pedagang pasar tradisional yang berada di Pasar Giwangan dan Pasar Kotagede.
Berbicara mengenai target ke depannya, Bayu mengungkapkan bahwa Tumbasin.id akan terus berupaya melakukan pengembangan baik dari segi sistem maupun layanan di aplikasinya.
“Tujuannya, agar kami bisa menyasar ke berbagai wilayah lain di Indonesia, khususnya di sekitaran Pulau Jawa,” pungkas Bayu.
Baca Juga: Mengenal Pintaria, Salah Satu Penyedia Kursus untuk Kartu Prakerja
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR