Aplikasi nafas resmi diluncurkan pada minggu ini. nafas merupakan aplikasi pemantauan kualitas udara di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).
Dikembangkan oleh Nafasaria Pte. Ltd., aplikasi tersebut bekerja sama dengn Airly untuk menyediakan 45 sensor kualitas udara yang tersebar di berbagai titik di Jabodetabek. Di wilayah DKI Jakarta sendiri, nafas telah memasang 27 sensor kualitas udara di berbagai titik.
Sensor-sensor itu sendiri bertugas untuk mengukur berbagai polutan di udara, mengukur suhu, tekanan barometrik, kelembaban dan tiga jenis particulate matter (PM), yakni PM1, PM2.5, dan PM10.
Nantinya, sensor-sensor tersebut akan mengumpulkan data kualitas udara dan menyajikannya secara real-time ke pengguna smartphone melalui aplikasi.
“Data yang benar-benar lokal sangat penting untuk mengetahui kualitas udara di sekitar mereka. Hal inilah yang membuat kami merancang nafas untuk terhubung ke total 45 jaringan sensor PM2.5 kami sendiri di Jabodetabek.” ujar Nathan Roestandy, Co-founder & Chief Executive Officer, nafas.
Sementara itu, Piotr Jakubowski, mantan Chief Marketing Officer Gojek sekaligus Co-founder & Chief Growth Officer, nafas, mengatakan, “Sensor yang kami gunakan juga dipakai di lebih dari 400 pemerintah lokal di seluruh Eropa termasuk Inggris, Belanda, Norwegia, Polandia, Italia, Jerman, Belgia dan lain-lain.”
Dengan jaringan 45 sensor yang sudah terpasang, Nathan dan Piotr berharap data kualitas udara ini bisa dipakai pemerintah dan juga publik dengan aplikasi yang mudah dipakai dan dibaca.
Baca Juga: Begini Cara Bayar PBB dan Restribusi di DKI Jakarta Pakai GoPay
Isabella Suarez, Southeast Asia Analyst di CREA (Center for Research on Energy and Clean Air), salah satu organisasi yang menjalankan riset tentang polusi udara, mengungkapkan, "Jaringan pemantauan yang besar memungkinkan warga Jakarta tidak hanya memantau udara yang mereka hirup secara real time, tetapi juga memberi mereka alat yang ampuh untuk memastikan bahwa inisiatif penting ini berjalan seperti yang dijanjikan."
Salah satu contoh case study kesuksesan pemasangan jumlah sensor pemantauan kualitas udara adalah di Breathe London, inisiatif pemerintah kota London di Inggris.
Dengan menciptakan jaringan 100 sensor, proyek tersebut melengkapi kekurangan data area dengan tingkat polusi tinggi yang tadinya belum terpenuhi.
Dengan data jaringan pantauan kualitas udara yang luas, pemerintah kota London mengimplementasikan beberapa inisiatif, berefek pada penurunan konsentrasi polutan sebanyak 36% dalam kurun waktu 6 bulan dan pemetaan data tersebut juga membantu menurunkan tingkat polusi dan kebijakan pengendalian polusi sesuai target.
“Proyek Breathe London adalah contoh menarik. Berkat kehadiran jumlah alat pemantauan kualitas udara yang tinggi, hal ini mampu membawa kesuksesan kepada kota untuk mengatasi masalah polusi udara. Kami harap akses kepada data kualitas udara dari aplikasi nafas mampu membantu Pemprov DKI Jakarta mencapai inisiatif ‘Menuju Udara Bersih Jakarta’,” pungkas Piotr.
Baca Juga: Terra Drone Lakukan Inspeksi Udara Saluran Transmisi Listrik PLN
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR