Selanjutnya yang kedua adalah menyelaraskan IT investment dan juga membangun kultur big data di perusahaan. Sedangkan yang ketiga, perusahaan harus bisa dengan sukses melakukan balance antara efficiency vs agility vs resilience.
Baca Juga: Serangan DNS Mengancam Industri Manufaktur dan Supply Chain Global
Strategi Utama PTI
Sejak tahun 2018, PTI mengaku sudah melakukan perencanaan lima tahun ke depan dengan progress yang dilakukan cukup cepat. “Dan di 2020 ini sebenarnya adalah salah satu transisi yang sebagai titik awal kita melakukan akselerasi untuk Industri 4.0 di mana big data, kemudian AI sudah mulai kita canangkan,” ujar Dwi.
Nantinya, dari tahun 2020 menuju tahun 2022, perencanaan yang akan dilakukan PTI di antaranya big data management, learning operations – AI embedded, automation & robotics as relevant.
Untuk mempermulus jalannya perencanaan tersebut, PTI menerapkan konsep 3 P + D. 3 P terdiri dari Production System Design, Product Design, dan People. Sedangkan D mewakili dari Good Data.
“Pertama Production System Design, karena kami adalah perusahaan yang sangat kental dengan inovasi, jadi produk design ke depan perlu di mapping dengan baik. Jangan sampai kita menyempurnakan packing line kita, misalnya, tapi kita tahu bahwa peralatan di line tersebut akan diganti dua tahun lagi karena inovasinya akan berbeda,” tutur Dwi.
Kemudian, Product Design yang terkait dengan peralatan. Sedangkan yang ketiga yakni People yang menjadi salah satu perhatian penting perusahaan.
“Terkait People, kalau kita tidak hati-hati dalam penyampaian atau komunikasinya, membuat mereka misalnya beranggapan bahwa Industri 4.0 bisa menghilangkan pekerjaan mereka. Jadi tentunya people mapping dari skill dan kompetensi ini perlu diperhatikan dengan seksama. Kemudian organization design-nya, karena biar bagaimana pun skill set yang dibutuhkan akan berbeda di mana ada tipe pekerjaan yang barang kali menghilang tapi ada pekerjaan baru yang bermunculan sejalan dengan implementasi dari teknologi seperti IoT,” kata Dwi.
Terakhir adalah Good Data. Jadi, ini adalah suatu peluang untuk perusahaan benar-benar melakukan screening mana saja data yang dibutuhkan dan mana saja data yang tidak dibutuhkan.
Selain menerapkan 3 P + D, ada hal lain yang juga tak kalah penting di perhatikan perusahaan, yaitu terkait business cases. “Karena biar bagaimana pun perusahaan akan melihat investment return. Sehingga, kalau kita sudah melakukan exercise di area 3 P + D, mengemas dalam satu journey yang bisa dipahami dan eksekusi dengan convincing business case yang utamanya kita bisa meng-secure top management commitment, maka journey kita akan bisa berjalan dengan baik,” ungkap Dwi.
Lebih lanjut, setelah hampir tiga tahun menerapkan konsep tersebut PTI sudah melakukan banyak exercise terutama di people competence, business process, dan product design.
“Kita sudah mengeliminasi banyak hal di area people atau manual operation, utamanya Excel yang kita pindah ke sistem. Kemudian implementasi dari MRP, end-to-end process dan product traceability. Di area IoT, kita juga step up termasuk di QSHE dan manufacturing performance. Dan akhir november ini, mudah-mudahan kita sudah integrasi S&OP, supplay planning dan distribution tools, sehingga kita bisa memprediksi dengan lebih baik di down stream untuk proses perencanaan ke depan,” jelas Dwi.
Sedangkan target untuk dua tahun ke depannya, dengan berlandaskan konsep tadi PTI akan melakukan beberapa hal yang di antaranya membangun data-driven culture untuk meningkatkan business intelligence, mengeksplorasi kapabilitas prediktif melalui teknologi AI, meningkatkan biaya untuk daya saing lewat adopsi robotic dan automation, serta melakukan integrasi supplier dan customer.
Baca Juga: Mencermati Proses Manufaktur dan Jenis Pekerjaan Baru di Industry 5.0
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR