Riset menyebutkan pemberian donasi digital baik secara frekuensi maupun nominal meningkat di seluruh jenjang usia. Peningkatan frekuensi paling tinggi tercatat pada generasi Milenial. Sementara itu Gen X berdonasi dengan nominal paling tinggi dibanding generasi lainnya. Rata-rata nilai per donasi digital melonjak menjadi 72% selama pandemi.
Temuan ini sejalan dengan data internal GoPay yang mencatat kenaikan transaksi donasi digital sebanyak dua kali lipat selama pandemi.
2. Teknologi Jadi Faktor Pendorong Donasi Digital
Teknologi memungkinkan donatur untuk berdonasi digital; dari mendapatkan informasi lewat media sosial, berdonasi di aplikasi dan situs daring, hingga pembayaran digital.
Sebanyak 48% responden mengaku mendapatkan informasi mengenai donasi digital melalui media sosial.
Informasi yang jelas meningkatkan transparansi proses donasi dan kredibilitas organisasi yang dituju sehingga donatur makin terdorong untuk berdonasi.
Manfaat teknologi diakui oleh berbagai organisasi non-profit yang menjadi responden riset. Lembaga Amil Zakat mengungkapkan bahwa Zakat, Infaq dan Sadaqah (ZIS) melalui kanal digital bertumbuh signifikan hingga 2x per tahun.
3. Platform Online Jadi Medium Pilihan Masyarakat untuk Berdonasi
Aplikasi dan platform donasi online menjadi medium yang paling banyak dipilih masyarakat berdasarkan dua alasan utama, yaitu kredibilitas platform dan kemudahan pembayaran.
Riset DDO menemukan, Gojek menjadi aplikasi digital yang paling sering digunakan oleh masyarakat (52,5%). Sementara itu, 71% memilih Kitabisa sebagai platform galang dana yang paling sering digunakan.
Dalam empat tahun terakhir, jumlah inisiatif penggalangan dana oleh organisasi nonprofit meningkat secara kumulatif sebesar 13 kali lipat.
Pertumbuhan ekosistem donasi digital tidak terlepas dari perkembangan pesat metode pembayaran nontunai di Indonesia.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR