Sektor telekomunikasi tak luput dari Pandemi Covid-19. Bagaimana prediksi dan tren di sektor ini di tahun 2021?
Keberadaan jaringan 5G sudah sangat dinanti masyarakat Indonesia. Meski begitu, menurut Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, (Kemenkominfo) Widodo Muktiyo, hingga tahun 2022, prioritas pemerintah masih fokus menyelesaikan pemasangan infrastruktur jaringan 4G di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan karena masih ada 12.548 desa yang belum terjangkau layanan ini.
Fokus lain dari pemerintah adalah membangun infrastruktur telekomunikasi di wilayah 3T, membangun BTS, menyediakan 7.634 titik lokasi internet gratis bagi UMKM untuk mendorong transformasi transaksi dari konvensional menjadi daring, serta menyediakan aplikasi daring khusus pelaku UMKM.
Indonesia Nikmati 5G di 2024
“Meski demikian, Indonesia tetap mempersiapkan infrastruktur 5G,” jelas Widodo saat mengisi gelar wicara bertajuk “Indonesia Telecommunications Industry Update: 5G, Mobile Economy, Digital Transformation” yang diselenggarakan oleh Forest Interactive secara virtual beberapa waktu lalu.
Widodo menegaskan bahwa kesungguhan menghadirkan jaringan 5G itu tak bisa dibantah karena sudah merupakan bagian dari tuntutan peradaban. Komitmen pemerintah dalam menggelar 5G ini dibuktikan dengan melakukan lima langkah percepatan transformasi digital. Lima langkah tersebut adalah mempercepat perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital dan layanan internet; roadmap (peta jalan) transformasi digital; integrasi Pusat Data Nasional; menyiapkan regulasi, termasuk undang-undang perlindungan data pribadi, skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital; dan menyiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
Tahun ini, Kemenkominfo juga telah membentuk Gugus Tugas 5G (5G Task Force). Kabar terakhir, ada tiga operator yang lolos seleksi penggunaan pita frekuensi radio 2,3 Ghz rentang 2.360 – 2.390 Mhz. Mereka adalah PT Smart Telecom Tbk (Smartfren), kedua adalah PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri).
Widodo tak memungkiri, butuh lompatan besar untuk menghadirkan jaringan 5G. Meski begitu ia memastikan masyarakat sudah dapat menikmati teknologi generasi kelima ini ini tahun 2024. Apalagi jika peluncuran satelit SATRIA 1 terlaksana tepat waktu tahun 2023. Kondisi ini nantinya diyakini akan mempercepat ekskalasi spektrum 5G.
Masa Pemulihan
Sementara itu, menurut Kevin Henry, Head of Strategic Engagement GSMA Asia Pasifik, pandemi Covid-19 turut memengaruhi peluncuran 5G di berbagai negara.
Data GSMA Intelligence mengungkapkan bahwa pandemi bahkan telah memperlambat percepatan koneksi 5G di kawasan Asia Pasifik hingga 18 persen dari target semula pada tahun 2020. Di sisi lain, desakan publik terhadap koneksi internet yang lebih cepat dan latensi yang rendah di masa pandemi semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh pandemi yang tidak hanya mendorong percepatan akselerasi digital, tapi juga adopsi teknologi untuk menopang aktivitas bisnis/ekonomi dan koneksi keseharian menjadi lebih efisien.
Maka, upaya menghadirkan jaringan 5G agar dapat segera diakses oleh publik pun kembali menggeliat di masa pemulihan. GSMA Intelligence mencatat pada September 2020 ada 101 operator seluler yang tersebar di 45 negara menawarkan layanan 5G. Sementara 77 operator telah mengumumkan peluncuran layanan seluler 5G. Khusus di Asia Pasifik, ada 9 negara yang meluncurkan layanan 5G secara komersial, 12 lainnya telah secara resmi mengumumkan rencana peluncuran.
Tren dan Tantangannya
Menurut CEO Forest Interactive, Johary Mustapha, pandemi Covid-19 juga telah melahirkan tren pasar baru di industri telekomunikasi tahun 2021. Dari Whitepaper Forest Interactive bertajuk “Telecommunications Industry Roundup 2020”, tren pasar itu meliputi peningkatan permintaan terhadap berbagai solusi, mulai dari entertainment, rumah yang terhubung dengan IoT, gaming, aktivitas sosial, kesehatan, hingga edukasi digital.
Oleh karena itu, bagi para operator seluler, investasi teknologi 5G dan upaya mengembangkan ekosistem digital yang kuat akan tetap menjadi prioritas di tahun depan. Meskipun demikian, perubahan perilaku konsumen akibat pandemi tetap menjadi tantangan bagi para pelaku industri.
Di sisi lain, perubahan perilaku konsumen akibat pandemi dapat menjadi peluang baru bagi industri untuk memperat dan mengembangkan hubungan dengan konsumen. Terutama, dalam menghadirkan produk dan layanan yang andal serta mampu memberikan solusi digital yang inovatif dan ramah terhadap era pandemi maupun pasca pandemi. “Intinya, seluruh pelaku penyedia layanan digital harus memaksimalkan keahlian mereka untuk menjadi mitra utama bagi konsumen dalam dalam mewujudkan tujuan transformasi digital,” ujar Johary.
Sementara di fase penerapan, scalable platform dengan integrasi layanan yang disederhanakan akan membantu mempercepat digitalisasi melalui otomasi pekerjaan yang kompleks dan memakan waktu, memangkas waktu penetrasi ke pasar, dan meningkatkan kualitas penerapan layanan.
Namun, menurut Johary, potensi besar teknologi seluler ini tidak dapat direalisasikan tanpa didukung oleh partisipasi aktif dari pemerintah, regulator, dan penyedia solusi digital. “Kami sebagai pelaku industri perlu bekerja sama dengan lintas sektor untuk mewujudkan pasar yang dinamis, kompetitif serta ekosistem digital yang dibutuhkan dunia,” pungkasnya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR