Sejak 2018, pemerintah mulai gencar menggaungkan era revolusi industri 4.0. Implementasi teknologi digunakan untuk memperbaiki kualitas produksi di berbagai sektor, termasuk industri manufaktur.
Bukan saja bertujuan untuk meningkatkan daya saing di pasar global, revolusi industri juga diharapkan mampu memfasilitasi situasi bisnis yang mudah berubah. Pasalnya, pemanfaatan teknologi sudah banyak dilakukan oleh industri global dalam ruang lingkup yang luas.
Selain itu, revolusi industri juga menghasilkan efisiensi biaya tanpa menurunkan kualitas produk yang dihasilkan.
Tidak hanya jadi bagian perencanaan proses, pemanfaatan teknologi juga dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir dengan waktu yang singkat.
Baca Juga: Garmin Bagikan Temuannya Mengenai Kesehatan Pengguna Garmin di Asia
Fenomena ini disampaikan oleh Dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia Gandjar Kiswantoro, dalam acara webinar Connex Indosat Ooreedo bertajuk Digital Manufaktur: Menjawab Tantangan dan Meningkatkan Daya Saing Industri Manufaktur di Era Pasca Pandemi, Kamis (26/11/2020).
Ia menyebut penggunaan teknologi IoT Smart Manufacturing dalam bidang produksi bukan lagi menjadi sebuah opsi, melainkan keharusan demi menghasilkan produk yang berkualitas dalam waktu cepat.
“Melalui adaptasi teknologi, perusahaan bisa memperbaiki kualitas produksi menjadi high quality product. Kemudian, kecepatan untuk mempersingkat waktu delivery, (teknologi) mampu menghasilkan high speed manufacturing, dari semua cycle harus dipersingkat,” ujar Gandjar.
Lebih lanjut, Gandjar memperkirakan bahwa 10 tahun mendatang akan menjadi masa yang menantang bagi perusahaan. Hal ini mengingat produksi akan terjadi secara instan dengan bantuan mesin, menggantikan produksi konvensional.
Baca Juga: Kini Bayar Listrik Makin Mudah Lewat Aplikasi New PLN Mobile
“Sepuluh tahun ke depan, itu job order akan hilang, digantikan dengan high end technology seperti high end printing. Lima tahun ke depan, hampir semua material produk untuk kebutuhan sehari-hari, juga bisa diproduksi melalui 3D printing,” lanjutnya.
Meski begitu, situasi ini tidak semerta-merta membuat perusahaan perlu merombak semua komponen yang ada di dalam lini produksi. Gandjar menyebut, hal pertama yang dapat perusahaan lakukan yakni mulai mulai mengadopsi IoT Smart Manufacturing secara bertahap dari hulu ke hilir.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR