Pandemi Covid-19 bukan sekadar krisis kesehatan tetapi juga menimbulkan perlambatan ekonomi di Indonesia. Mengutip dari pemberitaan Kompas.com (9/11/2020), pada kuartal III-2020, kontraksi ekonomi nasional memang mengecil menjadi minus 3,49 persen setelah pada kuartal sebelumnya mencapai minus 5,32 persen.
Seiring dengan kondisi ekonomi yang saat ini kian membaik. Para pelaku usaha termasuk sektor konvensional seperti perbankan, ritel, dan manufaktur pun mempercepat transformasi digital mereka untuk segera pulih dan bangkit dari krisis.
Sementara itu, konsumen juga semakin terbiasa dengan aktivitas serba online seperti berbelanja online, pembelajaran jarak jauh, online entertainment, hingga working from home – yang mau tidak mau mendorong perusahaan untuk memperluas jangkauan mereka secara online.
“Penggunaan internet yang tadinya berpusat di perkantoran kini banyak digunakan di pemukiman dan meningkat sekitar 30-40 persen,” ujar Dedy seperti dikutip dari laman Kominfo (16/04/2020).
Baca Juga: Tidak Lagi Sekedar Dating App, Kini Tantan Berevolusi Menjadi Social+
Agar dapat terus bertahan, pandemi turut memicu perusahaan-perusahaan, terutama dari sektor konvensional untuk secara cepat melakukan transformasi digital di setiap proses kerja termasuk operasional kerja, proses produksi atau bisnis, maupun strategi pemasaran.
Gartner memprediksikan bahwa 90% organisasi akan menguasai manajemen infrastruktur hybrid di tahun 2020.
Artinya, semakin banyak perusahaan yang mengintegrasikan media penyimpanan lokal (on-premises) dan cloud publik dengan memanfaatkan penyedia layanan cloud yang berbeda maupun platform yang telah dimiliki perusahaan demi menciptakan kemampuan interoperabilitas aplikasi dan data dari berbagai platform cloud.
Melalui penerapan ini, ekosistem cloud yang dibangun menjadi gesit, elastis, scalable, minim biaya, fleksibel tanpa redundansi cloud publik, serta tetap melindungi data-data pribadi, memprioritaskan keamanan dan dan tidak menganggu operasional penyimpanan lokal.
Baca Juga: IBM Prediksi Hybrid Cloud dan AI Jadi Kunci Transformasi Digital
Pemanfaatan teknologi hybrid cloud di Indonesia dianggap sebagai salah satu cara untuk melakukan transformasi digital dengan biaya yang lebih terjangkau.
Leon Chen, Country Manager Alibaba Cloud Indonesia pun mengamini hybrid cloud akan terus menjadi tren di Indonesia.
“Pada 2020, kami melihat tren kebutuhan hybrid cloud di Indonesia semakin masif seiring dengan tuntutan perusahaan dalam melakukan transformasi digital,” kata Leon melalui pernyataan tertulis yang diterima Infokomputer, Kamis (03/12/2020).
Selain itu, menurut Leon, pemanfaatan hybrid cloud dapat memudahkan pebisnis untuk mengelola perangkat yang terintegrasi, sekaligus mengembangkan ekosistem TI yang lebih gesit dan andal.
Baca Juga: Fitur Baru YouTube ini Bantu Pengguna Bagikan Video Offline
Ekosistem TI tersebut dapat bertahan di segala situasi tanpa perlu khawatir akan besar kapasitas penyimpanan.
Kemudahan manajemen akses serta fleksibilitas infrastruktur yang ada pada hybrid cloud milik Alibaba Cloud, membuat perusahaan tidak perlu menambah anggaran untuk integrasi.
Ekosistem hybrid cloud milik Alibaba juga menawarkan berbagai fitur pengembangan seperti seperti aplikasi yang dilengkapi dengan fitur scaling yang elastis, rencana pemulihan data dari bencana atau disaster recovery, backup data, hingga hot upgrade untuk membantu para pelanggan mengoperasi sistem dengan efisien, aman, serta mempersingkat waktu produksi hingga terdistribusi ke pasar.
Hybrid cloud juga menawarkan layanan keamanan data yang lebih kuat untuk menjamin kerahasiaan data. Dengan menggunakan hybrid cloud, yang mengintegrasikan cloud pribadi dan cloud publik, pebisnis dapat dengan mudah mengelola dan menentukan pemetaan data untuk kolaborasi dari lokasi yang berbeda-beda
Baca Juga: Kontak Langsung Penjual di Instagram via WA dengan Fitur Ini
Contohnya, beban kerja yang bersifat mission-critical dapat disimpan di infrastruktur pribadi. Sementara data-data untuk keperluan bisnis seperti informasi rekrutmen dan beban kerja yang bersifat non-critical dapat diakses dan dikelola melalui cloud publik.
Tak hanya untuk bisnis berskala besar
Memiliki cakupan infrastruktur yang lebih luas, pemanfaatan hybrid cloud sesungguhnya tidak hanya diperuntukkan bagi perusahaan berskala besar (enterprise). Usaha kecil menengah (UKM) juga dapat memulai digitalisasi lewat solusi hybrid cloud.
Cara UKM untuk mengadopsi cloud pun tergolong sederhana. UKM dapat memanfaatkan media penyimpanan lokal (on-premises) berbentuk server yang terintegrasi dengan public cloud.
Misalnya saja, perusahaan dari berbagai skala termasuk UKM dapat memanfaatkan Hybrid Backup Recovery (HBR) yang dimiliki oleh Alibaba Cloud. Sedangkan bagi kalangan enterprise, Alibaba Cloud juga menawarkan Hybrid Cloud Storage Array (HCSA).
Baca Juga: Kini Bayar Listrik Makin Mudah Lewat Aplikasi New PLN Mobile
Infrastruktur cloud dapat terintegrasi dengan HCSA dan sekaligus dapat berfungsi sebagai media penyimpanan lokal. HCSA juga memiliki kapasitas yang elastis dengan ragam mode yang bisa dikustomisasi. Misalnya saja, cloud caching, replikasi, tiering, dan snapshot. HSCA juga dapat membantu pebisnis untuk mengelola dan menggabungkan data, integrasi file, serta menghubungkan database lokal ke public cloud.
Melalui HBR dan HCSA, pebisnis juga bisa menikmati layanan ZStack Alibaba untuk mengelola perangkat yang ada di data center, server di edge, serta manajemen lingkungan hybrid cloud yang ada di on-premises maupun ekosistem cloud publik.
Solusi ini diperuntukkan bagi para pebisnis agar dapat mengoperasikan bisnisnya secara digital. “Alibaba Cloud berkomitmen untuk mempermudah semua perusahaan dalam akselerasi transformasi digital mereka. Alibaba Cloud membantu pelanggan untuk menjadi selangkah lebih maju di era digital ini,” tutup Leon.
Untuk mengenal lebih jauh tentang solusi hybrid cloud yang dimiliki Alibaba pada Alibaba HBR dan HCSA, Anda dapat langsung mengunjungi laman Alibaba Cloud.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR