Laporan Women in Tech terbaru dari Kaspersky "Where Are We now? Understanding the Evolution of Women in Technology" mengungkapkan bahwa hampir separuh (48%) dari perempuan percaya bahwa efek COVID-19 secara umum memperlambat kemajuan karir. Padahal di sisi lain, 64% perempuan percaya bahwa kesetaraan gender lebih mungkin dicapai dengan sistem kerja jarak jauh.
Pandemi telah mendorong berbagai perusahaan dan organisasi untuk menerapkan cara kerja jarak jauh (remote working) atau kerja dari rumah (work from home). Laporan Kaspersky ini menyoroti potensi kerja jarak jauh bagi perempuan di bidang teknologi.
Menurut laporan tersebut hampir sepertiga perempuan (25%) di Asia Tenggara yang bekerja di industri teknologi cenderung memilih bekerja di rumah daripada di kantor. Jumlah serupa juga menunjukkan bahwa mereka bekerja paling efisien saat dari rumah, dan sebanyak 28% mengungkapkan bahwa mereka memiliki otonomi lebih besar ketika tidak bekerja di kantor. Sedikit lebih rendah daripada hasil global yang presentasenya mencapai 33%.
Namun mengapa hampir separuh dari responden justru berpendapat karier mereka terhambat? Dari laporan Kaspersky terungkap bahwa potensi bekerja jarak jauh bagi perempuan di bidang teknologi tidak cukup diimbangi dengan perkembangan sosial dalam dinamika 'bekerja dari rumah (work from home)'. Hampir setengah dari perempuan di Asia Tenggara (46%) yang bekerja di bidang teknologi mengatakan harus bekerja keras untuk menyeimbangkan kepentingan pekerjaan dan keluarga sejak Maret 2020.
Ketika responden perempuan ditanyai tentang fungsi sehari-hari yang mengurangi produktivitas atau kemajuan pekerjaan, 66% mengatakan sebagian besar dilakukan untuk membersihkan rumah, 68% bertanggung jawab atas sekolah di rumah dan 56% harus menyesuaikan jam kerja mereka untuk menjaga keluarga. Akibatnya, 48% perempuan percaya bahwa efek COVID-19 sebenarnya telah memperlambat, bukannya meningkatkan, kemajuan karir mereka secara umum.
“Efek pandemi nyatanya sangat berbeda bagi para perempuan. Beberapa menghargai fleksibilitas yang lebih besar dan meminimalisir perjalanan dari bekerja di rumah, sementara yang lain berbagi bahwa mereka di ambang kelelahan. Perusahaan harus memastikan pemangku kepentingan seperti para manajer dapat membangun strategi selaras untuk mendukung karyawan berupa pertanggungjawaban dan perhatian penuh kepada mereka," komentar Dr Patricia Gestoso, Head of Scientific Customer Support di BIOVIA.
Peraih penghargaan Women in Software Changemakers 2020, dan anggota inti dari jaringan para perempuan profesional, Ada’s List ini memaparkan tren signifikan lain yang muncul akibat pandemi, yaitu kehadiran karyawan jarak jauh dan hibrida dalam organisasi secara bersamaan. "Ini bisa menjadi tantangan bagi para pekerja perempuan yang bekerja dari jarak jauh karena mereka mungkin memperoleh lebih sedikit akses ke manajemen puncak yang bekerja dari kantor. Sehingga ini berpotensi mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan tugas tambahan yang mengarah pada promosi, misalnya. Perusahaan harus menyadari dampak tersebut dan membuat perencanaan untuk meminimalkan hal itu,” imbuh Dr Patricia Gestoso.
Meski responden merasa kariernya terhambat akibat bekerja dari rumah/jarak jauh, 64% perempuan yang berkecimpung di bidang teknologi di Asia Tenggara berpikir bahwa bekerja jarak jauh adalah cara optimal untuk mencapai kesetaraan di lingkungan kerja. Dan sebanyak 46% percaya bahwa lingkungan kerja yang setara adalah poin terbaik untuk kemajuan karir.
Sektor teknologi saat ini harus dapat memanfaatkan momentum ini dengan baik untuk keberlanjutan di masa depan. "Perusahaan perlu memberi sinyal, baik melalui budaya dan kebijakan, bahwa mereka akan memberikan orang tua yang bekerja (baik perempuan maupun laki-laki) fleksibilitas yang dibutuhkan selama pandemi Covid-19 (dan seterusnya). Perusahaan perlu memahami bahwa representasi memang penting dan memiliki perempuan dalam kepemimpinan, tim mayoritas perempuan dan pewawancara perempuan menunjukkan bahwa ada ruang bagi perempuan di perusahaan mereka. Sehingga, kami akhirnya dapat melihat banyak perusahaan sukses bermitra dengan organisasi perempuan eksternal yang dapat mendorong lebih maju, dan juga memberikan inspirasi eksternal untuk karyawan Anda," ujar Merici Vinton, Co-Founder dan CEO, Ada's List.
“Jika nanti teknologi memimpin dan dapat memastikan lingkungan yang lebih fleksibel dan seimbang bagi perempuan, maka hal itu akan menjadi norma lebih cepat, yang tentunya kemungkinan besar akan memicu perubahan dalam dinamika sosial. Seperti biasa, itu tidak akan berubah dalam semalam, tetapi ada beberapa indikator bahwa perempuan merasa lebih berdaya untuk menuntut cara kerja demikian dengan benar. Ke depan, kita sebagai industri harus membangun momentum ini, mengekstrak hal-hal positif dari transisi tahun lalu menuju sistem kerja yang fleksibel, dan sebagai hasilnya, menjadi katalisator untuk perubahan sosial yang lebih luas,” tutup Evgeniya Naumova, Vice President of the Global Sales Network di Kaspersky.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR