Perusahaan layanan teknologi global, NTT Ltd., baru-baru ini merilis hasil laporan terbarunya yang bertajuk “2021 Hybrid Cloud Report” (Laporan Hybrid Cloud 2021).
Hasil laporan tersebut memperlihatkan bahwa sekarang ini hybrid cloud dipandang penting bagi pelaku bisnis (perusahaan/organisasi) untuk pemrosesan berbasis data dan pengambilan keputusan secara real time, baik sekarang maupun di masa depan.
Laporan ini berdasarkan riset yang dilakukan pada 950 pembuat keputusan di 13 negara dengan wilayah terpilih di Asia Pasifik (APAC).
Dari laporan tersebut, ditemukan fakta bahwa 31,6% responden di APAC berencana untuk menerapkan solusi hybrid cloud dalam kurun waktu 12 hingga 24 bulan ke depan.
Diketahui 60,3% perusahaan di APAC secara global sudah menggunakan atau sedang mengujicoba penggunaan hybrid cloud.
Di sisi lain, 90,0% perusahaan di APAC juga setuju bahwa pandemi COVID-19 yang terjadi telah memaksa bisnisnya untuk mengandalkan teknologi lebih dari sebelumnya.
Rob Lopez, Executive Vice President, Intelligent Infrastructure di NTT Ltd., mengatakan “Saat perusahaan ingin menavigasi di tahun yang baru, mereka harus melihat ke lingkungan hybrid cloud yang telah dioptimalkan untuk ketangkasan, keamanan, dan didukung oleh arsitektur jaringan yang tepat sekaligus memenuhi persyaratan kepatuhan.”
“Hal ini adalah fondasi dari kesuksesan dalam implementasi cloud dan akan memungkinkan bisnis untuk mengatasi segala bentuk gangguan yang dihadapinya," tambahnya.
Baca Juga: Serangan Siber Terhadap Tiga Industri Ini Meningkat Dua Kali Lipat
Hybrid Cloud Mampu Ciptakan Efisiensi
Selama kurun waktu yang tidak pasti, perusahaan terus memperketat keuangan mereka dan menggunakan hybrid cloud untuk meningkatkan efisiensi biaya serta mendorong kinerja organisasi secara keseluruhan.
Laporan tersebut menemukan bahwa peningkatan kecepatan dalam penerapan aplikasi dan layanan merupakan pendorong terbesar adopsi hybrid cloud (38,8%) di APAC, terutama dengan adanya pergeseran ke model kerja terdistribusi yang memungkinkan karyawan dapat bekerja di manapun dan perusahaan perlu mengakses data dan aplikasi dengan cara yang baru, berbeda, dan seringkali rumit.
Menurut responden di APAC, motivasi terbesar lainnya untuk mengadopsi hybrid cloud adalah peningkatan pada kelincahan bisnis secara keseluruhan (38,3%), diikuti oleh total biaya operasional TI yang lebih efisien (34,0%).
Saat ini, bagaimanapun, penting mengimplementasikan hybrid cloud dengan cara yang akan mengoptimalkan lingkungan TI untuk memaksimalkan efisiensi.
Inilah sebabnya mengapa lebih dari setengah perusahaan (53,6%) sangat setuju tentang kebutuhan untuk terlibat dengan para ahli, seperti penyedia cloud terkelola.
Mengatasi Berbagai Rintangan
Selain memaksimalkan efisiensi biaya, perusahaan juga dituntut untuk melakukan perubahan sikap terhadap keamanan dan kepatuhan serta kompleksitas penerapan hybrid cloud.
Laporan tersebut menemukan bahwa lebih dari separuh responden di APAC (51,2%) menyatakan bahwa kesulitan dalam mengelola keamanan data merupakan penghalang terbesar dalam mengadopsi hybrid cloud.
Untuk mengatasi hambatan ini, ketika bekerja di lingkungan yang kompleks seperti itu, maka perusahaan harus memilih lingkungan TI yang tepat, di mana nantinya secara aman dapat menjadi tuan rumah bagi aplikasi mission-critical mereka yang di tempatkan di public cloud dan private cloud; dan bekerja sama dengan mitra yang memahami industri tempat mereka bekerja untuk memastikan adanya kepatuhan.
Laporan ini pun telah menemukan bahwa kinerja jaringan dan kurangnya keterampilan juga dianggap sebagai hambatan yang cukup besar untuk pengadopsian hybrid cloud.
Apabila keduanya tidak ditangani dengan tepat, saat menerapkan cloud, maka dapat mengurangi manfaat yang ditawarkannya.
Baca Juga: Fintech Brick Memperoleh Pendanaan dari Better Tomorrow Ventures
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR