Perusahaan keamanan global Kaspersky mengungkapkan lebih dari setengah 56 persen korban ransomware membayar uang tebusan untuk mendapatkan kembali akses ke data mereka.
Namun, ada 17 persen koresponden percaya bahwa membayar uang tebusan tidak akan menjamin data yang dicuri kembali.
"Temuan ini menunjukkan proporsi yang signifikan dari konsumen yang membayar tebusan demi data mereka selama kurun waktu 12 bulan terakhir," ujar Marina Titova, Head of Consumer Product Marketing di Kaspersky, pada akhir pekan lalu.
Titova menyerahkan uang tidak menjamin kembalinya data dan hanya mendorong pelaku kejahatan siber untuk melanjutkan praktik tersebut.
"Kami selalu menyarankan agar mereka yang terkena ransomware tidak membayar karena uang tersebut mendukung skema ini untuk berkembang,” ujarnya.
Ransomware adalah jenis malware yang digunakan para pelaku kejahatan siber untuk melakukan pemerasan uang. Metode ini dilakukan dengan cara menyimpan data menggunakan enkripsi atau mengunci pengguna dari perangkat mereka, dan memanfaatkannya sebagai tebusan.
Berdasarkan data Kaspersky, mereka yang berusia 35-44 tahun menjadi korban yang dengan persentase paling tinggi dalam hal membayar uang tebusan untuk memulihkan data mereka, dengan dua pertiga (65 persen) telah mengaku melakukannya.
Kemudian diikuti dengan mereka yang berusia 16-24 tahun (52 persen) dan hanya 11 persen dari kategori usia di atas 55 tahun mengaku membayar uang tebusan.
Hal itu menunjukkan bahwa pengguna berusia lebih muda lebih cenderung membayar tebusan daripada mereka yang berusia di atas 55.
Walaupun begitu, hanya sebanyak 29 persen korban yang mendapatkan kembali akses menuju data mereka. Separuh (50 persen) kehilangan setidaknya beberapa file, 32 persen kehilangan jumlah yang signifikan, dan 18 persen kehilangan sejumlah kecil file. Sedangkan 13 persen mengaku kehilangan hampir seluruh datanya.
Saat ini, sekitar empat dari 10 (39 persen) dari konsumen yang disurvei Kaspersky mengklaim bahwa mereka menyadari praktik ransomware selama 12 bulan terakhir.
“Penting untuk menyadari potensi angka yang meningkat karena kerja jarak jauh menjadi lebih produktif. Pengguna juga harus meningkatkan kewaspadaan dan mengetahui tindakan yang harus dilakukan jika mereka menghadapi ransomware,” ujar Titova.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR