Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk paling besar di tanah air. Di provinsi ini, mayoritas penduduknya tinggal di daerah pedesaan.
Yang menjadi masalah dari kondisi tersebut adalah ketimpangan digital (digital gap) antara penghuni kota dan desa, terutama dalam hal literasi digital serta infrastruktur penopangnya.
Tanpa teknologi digital, warga di daerah Pangandaran misalnya, perlu berkendara selama 6 jam ke kota Bandung untuk melaporkan sebuah masalah. Keadaan ini tentu sangat menyulitkan bagi warga desa.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat sadar bahwa adopsi teknologi terkini seperti cloud computing (komputasi awan) sangatlah perlu dilakukan.
Khususnya, dapat berguna untuk meningkatkan layanan kepada seluruh masyarakat di wilayah provinsi tersebut.
“Dengan kondisi yang sedemikian rupa, pemanfaatan cloud bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keniscayaan,” kata Setiaji, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Barat dalam acara AWS Summit Online ASEAN 2021 bertema “Build Tomorrow, Today”, yang digelar beberapa waktu lalu.
Dalam mengadopsi teknologi cloud sendiri, Diskominfo Jawa Barat menggandeng Amazon Web Services (AWS).
Sejak menggunakan AWS, Setiaji mengaku bahwa Diskominfo Jabar telah menjadi kian adaptif, responsif, serta layanan yang diprakarsainya juga dapat menyentuh warga desa dengan kecepatan tinggi.
Layanan tersebut yakni Jabar Digital Service, yang merupakan satuan layanan digital yang bergerak di bawah naungan Diskominfo Jabar.
Layanan Jabar Digital Services telah berhasil menggulirkan dua aplikasi yang masing-masing memainkan peran penting, yaitu aplikasi Sapawarga dan Pikobar.
Aplikasi yang pertama, Sapawarga, merupakan aplikasi yang berfungsi untuk memudahkan masyarakat dalam melaporkan keluhan ataupun kebutuhan di desanya masing-masing.
Aplikasi ini digunakan oleh ketua rukun warga (RW) yang dibekali dengan smartphone (ponsel pintar) dan kemudian mengirimkan laporan lewat aplikasi secara instan. Selain itu, pemerintah juga dapat menyebarluaskan informasi dengan sama mudahnya.
Aplikasi yang kedua dinamakan Pikobar, sebuah aplikasi tanggap COVID-19. Pikobar dikembangkan sejak kasus pertama COVID-19 dilaporkan di Provinsi Jawa Barat, mengingat gentingnya situasi tersebut.
Pikobar berhasil diluncurkan dalam kurun waktu 2 minggu saja terhitung dari tahap awal. “Tanpa menggunakan cloud, proses pembuatan aplikasi ini bisa saja memakan waktu hingga berbulan-bulan,” cetus Setiaji.
Aplikasi Pikobar memiliki lebih dari 35 fitur yang seluruhnya dikembangkan di AWS, seperti pemantauan lalu lintas untuk mencegah penyebaran virus atau analisa daerah-daerah yang membutuhkan lockdown dalam skala mikro.
“Pikobar sendiri telah mendapatkan penghargaan di kancah nasional dan internasional (Asia Pasifik),” tambah Setiaji.
Ia pun kembali mengungkapkan bahwa aplikasi yang dahulu hanya diperbarui sebanyak 2 sampai 3 kali saja, kini lebih sering mendapatkan penyegaran berdasarkan tanggapan yang dikumpulkan dari masyarakat.
“Infrastruktur data center yang kami miliki tidak mampu memberikan kecepatan yang kami butuhkan untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi yang berdampak positif kepada kehidupan masyarakat. Di sisi lain, cloud AWS menawarkan keandalan, kecepatan, dan juga seperangkat tools yang lengkap,” papar Setiaji.
“Dengan cloud AWS, kami tidak lagi sibuk mengurusi perihal infrastruktur, namun justru lebih sibuk berinovasi dan mengalihkan sumber daya yang ada untuk menciptakan layanan yang semakin baik lagi,” tambah Setiaji.
Diketahui, dalam mengadopsi teknologi cloud, saat ini Diskominfo Jabar menggunakan model hybrid cloud.
Dengan model ini, data-data yang paling sensitif dan kritikal masih ditempatkan di data center milik Diskominfo Jawa Barat, tetapi beban kerja yang berkaitan dengan pengembangan semuanya dikerjakan di cloud.
“Tim kami terus-menerus didukung oleh AWS secara kontinu. Selain dalam pengembangan aplikasi dan fitur, kami dan AWS juga menggandeng sekolah-sekolah vokasional untuk melakukan rangkaian pelatihan dengan sertifikasi AWS yang diakui oleh berbagai industri,” pungkas Setiaji.
Baca Juga: Empat Keuntungan yang Bisa Diraih Perusahaan ketika Adopsi Cloud
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR