Berita baiknya adalah, biaya untuk memiliki data messaging dan data streaming real-time telah berkurang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, sehingga bisa digunakan secara luas. Teknologi-teknologi ini juga memungkinkan diciptakannya berbagai aplikasi baru di dunia bisnis. Misalnya, perusahaan analitik Shoppermotion menerapkan pemrosesan big data dan analitik machine learning untuk menciptakan solusi IoT yang membantu para peritel memahami perilaku konsumen di dalam toko. Dengan mengimplementasikan platform pengelolaan big data, seperti Cloudera Enterprise Data Hub, para peritel dapat mengukur penurunan lalu-lintas orang di tiap-tiap lorong toko dan memprediksikan kapan akan terjadi antrian panjang di kasir.
Menjaga Data tetap Mengalir
Namun untuk meraih manfaat dari real-time business intelligence, sebuah organisasi butuh strategi data enterprise yang didefinisikan dengan baik.
Bagi sektor bisnis digital, kecepatan dan efisiensi mereka tergantung pada insight berbasis data. Sayangnya pengelolaan data kerap menjadi hambatan karena masih banyak perusahaan yang mengalami kesulitan menemukan cara terbaik untuk merekam dan menganalisis data. Hal ini terutama karena platform data yang sudah ada tidak cukup memadai untuk mengatasi kebutuhan real-time insight saat ini.
Sebanyak 82% dari organisasi-organisasi di ASEAN tidak memroses data bergerak, dan menyebut kompleksitas data sebagai salah satu dari tiga hambatan utama dalam mengimplementasikan analitik real-time. Sebagian besar platform data yang ada saat ini – baik itu di on-premise atau data warehouse yang dipindahkan ke cloud – kurang memiliki skalabilitas dan fleksibilitas, sehingga seringkali membuat anggaran rutin TI menjadi mahal. Ketika bisnis semakin bergantung pada data, biaya tersebut akan semakin membengkak.
Lebih dari itu, arsitektur platform data di masa lalu tidak dirancang untuk memahami kompleksitas data real-time saat karena data berasal dari berbagai sumber yang terkoneksi, dan integrasi mereka sangat canggih di seluruh proses bisnis.
Organisasi-organisasi perlu jeda waktu untuk mendapatkan insight (time-to-insight), solusi enterprise data cloud (EDC) yang menawarkan platform streaming dapat membantu. EDC adalah arsitektur data modern yang mendukung penggunaan data dan analitik untuk menghadirkan kekuatan dan nilai dari data milik sebuah organisasi yang dapat meningkatkan hasil bisnis.
EDC memiliki empat karakteristik yaitu: multi fungsi, hybrid dan multi-cloud, aman dan tertata-kelola, dan terbuka. EDC memanfaatkan analitik di setiap tingkatan siklus hidup data untuk membantu organisasi mengekstraksi nilai sesungguhnya dari data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan secara cepat mengubahnya menjadi hasil analitik yang siap digunakan dalam pengambilan keputusan.
Lebih jauh lagi, fitur-fitur EDC memfasilitasi pengelolaan data yang bersifat edge-to-cloud. Misalnya, perusahaan penyedia layanan telekomunikasi terbesar di Eropa Deutsche Telekom menggunakan pemrosesan data skala besar dan berkecepatan tinggi dan interactive querying dalam Cloudera Data Platform untuk mendeteksi aktivitas-aktivitas yang tidak benar secara real-time dan memperbaiki kualitas jaringan. Dengan menerapkan machine learning dan artificial intelligence, Deutsche Telekom mengidentifikasi masalah-masalah jaringan sebelum konsumen menyadarinya dan mendeteksi pola-pola penipuan dan ancaman real-time sebelum menimbulkan dampak bagi bisnis.
Bisnis Secepat Data Bergerak
Data dan analitik kini semakin tertanam dalam operasional sehari-hari di sebagian besar organisasi – yang dengan cepat berubah menjadi perusahaan yang sangat mengedepankan data. Karena teknologi data berubah dengan cepat, arsitektur data lama sudah tidak sanggup memenuhi kebutuhan saat ini dalam hal kecepatan, fleksibilitas, dan inovasi.
Manajemen data yang efektif dengan fokus pada streaming analytics adalah kunci dalam strategi bisnis yang membuat berbagai organisasi jadi berkembang di era new normal. Manajemen data yang efektif memberi kekuatan kepada berbagai organisasi untuk mengarungi tikungan-tikungan tajam ketika mereka mencapai kecepatan kritis (critical speed) untuk bisa mengungguli para pesaing, seperti yang terjadi di dunia balap mobil Formula 1.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR