Semakin banyak bank meluncurkan layanan digital mereka dan melibatkan pengguna online atau bermitra dengan fintech lainnya.
Akan tetapi, seberapa efektif transisi ini dan apa yang dapat dipelajari dari para disrupter di sektor keuangan?
Dalam proses peralihan kolektif bersama ke dunia seluler, kita mulai terbiasa dengan standar-standar industri.
Para pelaku di industri perbankan perlu mengadopsi pola pikir mobile-first untuk memenuhi kebutuhan pengguna agar dapat tetap bersaing.
Laporan tren digital Adobe menemukan bahwa prioritas pemasaran utama adalah meningkatkan akuisisi pengguna (34%).
Aplikasi perbankan harus menggunakan pendekatan lain untuk melakukan akuisisi pengguna (UA) daripada aplikasi fintech yang menyediakan berbagai jenis layanan (misalnya investasi atau asuransi).
Perbedaan minor ini dapat dimanfaatkan secara lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang luar biasa.
Bank yang menargetkan pengguna yang tepat untuk layanan mereka dapat mengandalkan loyalitas dan nilai umur (LTV). Mereka secara khusus berfokus pada fungsi aplikasi dan fitur-fitur yang menarik bagi pengguna.
Hal-hal Utama tentang Perjalanan dan Pengalaman Pengguna
Survei yang dilakukan oleh FIS menemukan lebih dari 45% konsumen menyatakan mereka "secara permanen mengubah" cara melakukan kegiatan perbankan sejak pandemi dan 31% telah menunjukkan ketertarikan untuk menggunakan lebih banyak aplikasi perbankan seluler di masa mendatang.
Jadi, bank tradisional tampaknya perlu meningkatkan ‘pengalaman digital’ yang mereka tawarkan sebagai tempat untuk mendapatkan nasihat keuangan dan tentunya terus memberikan pendampingan bagi user.
Pasar sudah tersedia — inilah saatnya bagi bank tradisional untuk mengubah minat menjadi kepercayaan jangka panjang.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR