Pandemi COVID-19 menurut berbagai pihak telah mengakselerasi transformasi digital di berbagai belahan dunia. Begitu pula halnya di Indonesia. Tak hanya itu, pandemi COVID-19 juga telah menegaskan pentingnya teknologi digital, serta sejalan dengan itu ekonomi digital. Pemanfaatan teknologi digital contohnya menjadi salah satu kunci dari pemulihan ekonomi akibat wabah COVID-19 di Indonesia.
Huawei pun berkomitmen terus membantu Indonesia bertransformasi digital, memanfaatkan teknologi digital untuk maju. Huawei berkomitmen membantu Indonesia menjadi lima besar ekonomi dunia pada tahun 2045 sesuai dengan Visi Indonesia 2045. Hal-hal itu terungkap pada lokakarya bertajuk “ICT Outlook 2022” yang digelar Huawei pada acara Huawei Indonesia Media Camp 2021 di Raja Ampat, Papua Barat minggu lalu.
Huawei mengeklaim sejak kehadirannya di Indonesia pada tahun 2000, Huawei terus memperkuat komitmennya untuk berkontribusi dalam kemajuan Indonesia. Hal itu antara lain ditegaskan Huawei melalui kampanye “I Do” yang diluncurkannya beberapa waktu lalu. Terdapat empat I Do yang menjadi pilar, yakni “I Do Create”, “I Do Contribute”, “I Do Collaborate”, dan “I Do Care”. Huawei pun menyebutkan keingingannya membangun secara bersama-sama Indonesia yang sepenuhnya terkoneksi serta lebih pintar dan hijau.
Pada I Do Create, Huawei mengeklaim membangun koneksi untuk semuanya, seperti halnya pada tempat terpencil, bersama para operator telekomunikasi seluler tanah air. Pada I Do Contribute, Huawei berkontribusi membangun ekosistem seperti mengembangkan talenta digital bersama pemerintah untuk mendukung Indonesia 2045. Pada I Do Collaborate, Huawei berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti para entitas bisnis untuk mendukung transformasi digital di Indonesia. Sementara, pada I Do Care, Huawei mendukung komunitas lokal tanah air contohnya dengan memberikan bantuan saat komunitas bersangkutan dalam kesusahan.
“Tahun ini adalah ulang tahun kami yang ke-21. Kami [Huawei Indonesia] sudah berada di Indonesia selama 21 tahun,” ujar Jacky Chen (CEO Huawei Indonesia). “Untuk membangun Indonesia yang sepenuhnya terkoneksi, berorientasi 5G, lebih cerdas, digital, dan hijau. Ini adalah bisnis kami di Indonesia,” tambah Jacky Chen menjelaskan mengenai visi Huawei Indonesia.
“Investasi 20% di ICT naikin 1% GDP,” sebut Mohamad Rosidi (Director ICT Strategy & Business Huawei Indonesia). “Yang kedua adalah ICT investasi ternyata 6,7 kali lipat return-nya daripada non-ICT. Besar juga. Satu lagi, bahwa ternyata digital economy growth 2,5 kali lipat daripada pertumbuhan ekonomi global biasa,” imbuh Mohamad Rosidi sembari menambahkan bahwa semuanya terakselerasi karena pandemi COVID-19 dan teknologi digital bisa dibilang menjadi mesin ekonomi baru.
Huawei meyakini pula dirinya bisa berkontribusi membantu Indonesia dalam berbagai area atau bidang pada masa depan, misalnya melalui produk yang ditawarkannya. Huawei siap membantu Indonesia menghadapi tahun 2022 dan sesudahnya. Tiga di antara area yang dimaksud adalah infrastruktur TIK alias infrastruktur ICT, green energy, dan talenta digital.
Infrastruktur TIK
Menurut Johny Siswadi (Ketua Bidang Regulasi, Hukum dan Kebijakan Telematika MASTEL), untuk tahun 2022 dan ke depannya, MASTEL menyoroti berbagai kebijakan seputar TIK alias ICT. Dua di antaranya mengenai infrastruktur digital dan 5G. MASTEL menyebutkan, meski infrastruktur digital kini sudah makin luas ketersediannya di tanah air, sampai saat ini masih terdapat sekitar 12.500 desa di Indonesia yang belum memiliki koneksi internet. MASTEL menambahkan bahwa pemerintah menargetkan seluruh desa di Indonesia bisa beroleh koneksi internet pada tahun 2022.
Sementara, untuk 5G, MASTEL melihat pemerintah belum memiliki kebijakan 5G yang memadai. Meski sekarang jaringan seluler 5G telah tersedia di sebagian daerah di Indonesia, kinerja yang ditawarkan belum optimal antara lain karena keterbatasan spektrum frekuensi. Johny Siswadi berharap apabila nantinya spektrum frekuensi untuk 5G telah mendapatkan tambahan, misalnya dengan membebaskan pita frekuensi 700 MHz dan menggunakannya untuk 5G mulai tahun 2023 atau 2024, 5G di Indonesia bisa berjalan dengan lebih baik.
Huawei sendiri memiliki produk yang bisa membantu perihal infrastruktur digital dan 5G tersebut. Huawei contohnya memiliki RuralStar dan Blade AAU Pro. Huawei mengeklaim RuralStar memiliki dimensi yang relatif ringkas, bisa dipasang pada tiang kayu — “tower” kayu, hemat energi dan bisa ditenagai oleh cahaya matahari — sistem sel surya, serta membutuhkan waktu dan biaya pemasangan yang lebih hemat. Huawei RuralStar pun menggunakan backhaul nirkabel yang tidak mesti line of sight dengan node lain untuk terhubung.
Adapun Blade AAU Pro, Huawei mengeklaimnya menggabungkan modul aktif dan pasif dalam satu kotak. Dengan kata lain, menggabungkan massive MIMO dan antena pasif dalam satu kotak. Alhasil, satu Huawei Blade AAU Pro bisa untuk 2G, 3G, 4G, dan 5G sekaligus; memudahkan 5G di-deploy memanfaatkan tiang/tower yang sudah ada. Selain itu, menggunakan Blade AAU Pro juga lebih ringkas karena tidak perlu lebih dari satu antena untuk berbagai pita frekuensi.
Green Energy
Green energy, renewable energy, dan clean energy kini makin menjadi perhatian banyak pihak. Pasalnya, dunia sedang mengalami pemanasan global alias global warming akibat emisi gas rumah kaca yang tinggi. Menurut NASA, suhu permukaan bumi saat ini secara rata-rata telah mengalami kenaikan sekitar 1,18° C dibandingkan akhir abad ke-19. Menurut NOAA, rate peningkatanya pun meningkat menjadi lebih dua kali sebelumnya sejak tahun 1981. Suhu bumi yang terlampau tinggi tentu mengancam kehidupan itu sendiri.
Fabby Tumiwa (Executive Director Institute for Essential Services Reform) menjelaskan bahwa kenaikan emisi gas rumah kaca saat ini utamanya dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Fabby Tumiwa menambahkan listrik yang saat ini dihasilkan di dunia, termasuk Indonesia, lebih dari 80%-nya adalah dari pembakaran bahan bakar fosil. Oleh karena itu, emisi gas rumah kaca tersebut harus ditekan agar kenaikan suhu permukaan bumi secara rata-rata tidak lebih dari 1,5° C — suhu yang menurut para ahli menjadi batas atas agar tidak terjadi dampak, seperti cuaca ekstrem, yang lebih parah. Indonesia pun menyetujui batasan itu; Indonesia ingin menurunkan emisi gas rumah kacanya.
IESR (Institute for Essential Services Reform) menyebutkan bahwa Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk bertransisi dari energi fosil ke renewable energy alias energi terbarukan. Pemerintah Indonesia menghentikan pembangunan PLTU — menggunakan batu bara — baru dan akan memensiunkan PLTU yang sudah ada dalam beberapa tahun mendatang. Salah satu green energy maupun renewable energy yang tersedia di seluruh Indonesia adalah energi matahari alias energi melalui sinar matahari. IESR menegaskan potensi energi sinar matahari Indonesia adalah antara 3,4 TW sampai 20 TW; seluruh kebutuhan energi di Indonesia bisa dipenuhi oleh PLTS. IESR meyakini PLTS bisa menjadi pilihan Indonesia.
Sehubungan PLTS, Huawei antara lain menawarkan inverter yang mengubah listrik arus searah alias DC ke arus bolak-balik alias AC. Listrik arus searah yang dimaksud diperoleh dari modul photo-voltaic alias modul sel surya. Huawei menyebutkan FusionSolar Smart PV Inverter untuk utilitasnya menawarkan efisiensi tinggi. Sebagian dari Huawei FusionSolar Smart PV Inverter diklaim memiliki efisiensi maksimum sebesar lebih dari 99%.
Selain itu, Huawei FusionSolar Smart PV Inverter mendukung antara lain multi-MPPT, diagnosis pintar kurva I-V, surge arrester untuk arus searah dan arus bolak-balik, serta memiliki rating IP berupa IP66/IP65. Dengan kata lain, Huawei mengeklaim FusionSolar Smart PV Inverter itu bisa memberikan/mengekestraksi lebih banyak energi, lebih mudah dalam pengoperasian, serta lebih aman dan andal.
Talenta Digital
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia beberapa waktu lalu menyebutkan, berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia butuh 600.000 talenta digital setiap tahunnya selama belasan tahun mendatang. Dr. Ir. Muhammad Ridwan Effendi, M.A.Sc (Dosen Institut Teknologi Bandung) mengatakan bahwa teknologi digital tidak akan bisa “berjalan” kalau tidak ada sumber daya manusia alias talenta digital yang memanfaatkannya. Meski sebagian pekerjaan bisa dilakukan oleh robot, tetapi tidak semua pekerjaan itu akan bisa dikerjakan oleh robot; tidak pada semua pekerjaan, robot bisa menggantikan manusia.
Perkembangan teknologi digital yang pesat disebutkan Dr. Ir. Muhammad Ridwan Effendi, M.A.Sc menciptakan perubahan pada lapangan kerja. Alhasil keahlian alias skill yang harus dimiliki oleh tenaga kerja untuk masa depan juga akan berubah dibandingkan saat ini. Indonesia perlu menghasilkan talenta digital dengan kemampuan yang sesuai dengan kemajuan teknologi digital, yang sesuai dengan kebutuhan masa kini dan yang akan datang. Namun, Dr. Ir. Muhammad Ridwan Effendi menambahkan bahwa porsi mahasiswa sains-keteknikan hanya sebesar 21% dari seluruh mahasiswa di tanah air.
Huawei sendiri telah membantu meningkatkan kompetensi digital sumber daya manusia Indonesia. Huawei misalnya menghadirkan Huawei ASEAN Academy (Indonesia) Engineering Institute pada awal tahun ini. Terdiri dari Business College, Technical College, dan Engineering College; melalui Huawei ASEAN Academy Engineering Institute di Jakarta tersebut, Huawei menargetkan akan mengembangkan 100.000 talenta digital Indonesia dalam lima tahun ke depan.
KOMENTAR