Seperti yang InfoKomputer sampaikan di sini, Huawei menggelar lokakarya bertajuk “ICT Outlook 2022” beberapa waktu lalu di Raja Ampat, Papua Barat. Pada kesempatan bersangkutan Huawei menyebutkan dirinya meyakini bisa berkontribusi membantu Indonesia dalam berbagai area atau bidang. Salah satunya area tersebut adalah green energy. Sejalan dengan itu, Huawei mengenalkan pula Huawei Digital Power. Huawei mengeklaim Huawei Digital Power merupakan unit bisnis baru yang mengintegrasikan teknologi digital dan renewable energy untuk menjawab tantangan terkait emisi karbon dan perubahan iklim.
Green energy, renewable energy, dan clean energy kini memang makin menjadi perhatian banyak pihak. Pasalnya, dunia sedang mengalami pemanasan global alias global warming akibat emisi gas rumah kaca yang tinggi. Menurut NASA, suhu permukaan bumi saat ini secara rata-rata telah mengalami kenaikan sekitar 1,18° C dibandingkan akhir abad ke-19. Menurut NOAA, rate peningkatannya pun meningkat menjadi lebih dua kali sebelumnya sejak tahun 1981.
Suhu bumi yang terlampau tinggi tentu mengancam kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, emisi gas rumah kaca harus ditekan agar kenaikan suhu permukaan bumi secara rata-rata tidak lebih dari 1,5° C — suhu yang menurut para ahli menjadi batas atas agar tidak terjadi dampak, seperti cuaca ekstrem, yang lebih parah.
IESR (Institute for Essential Services Reform) menyebutkan kenaikan emisi gas rumah kaca — sebagian besar adalah emisi karbon — saat ini utamanya dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Padahal; listrik yang sekarang dihasilkan di dunia, termasuk Indonesia, lebih dari 80%-nya adalah dari pembakaran bahan bakar fosil. Alhasil, listrik yang dihasilkan di dunia itu harus bergeser dari pembakaran bahan bakar fosil ke sumber energi lain yang lebih bersih.
Pemerintah Indonesia pun telah berkomitmen untuk bertransisi dari energi fosil ke renewable energy alias energi terbarukan. Salah satu green energy maupun renewable energy yang tersedia di seluruh Indonesia adalah energi matahari alias energi melalui sinar matahari. IESR menegaskan potensinya adalah antara 3,4 TW sampai 20 TW; seluruh kebutuhan energi di Indonesia bisa dipenuhi oleh PLTS.
“Kebijakan global yang juga menjadi salah satu prioritas kami untuk Indonesia adalah penyediaan technology for green planet, teknologi untuk bumi Indonesia yang hijau. Keseriusan kami untuk membantu seluruh sektor di Indonesia menjawab isu mendesak yaitu perubahan iklim dan target netral karbon pada 2060, kami menghadirkan unit bisnis baru Huawei Digital Power. Kehadiran unit bisnis ini akan makin melengkapi solusi TIK yang kami hadirkan yang selaras dengan komitmen ‘I Do’ untuk Indonesia,” ujar Jacky Chen (CEO Huawei Indonesia).
“Kami sangat serius dalam mengembangkan solusi TIK yang mampu menjawab tantangan terkait emisi karbon dan perubahan iklim. Kami mengembangkan divisi khusus yaitu Huawei Digital Power yang mengintegrasikan teknologi digital dan energi terbarukan, serta menyediakan produk dan solusi yang ramah energi listrik terbarukan seperti transportasi listrik, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi yang hijau, dan energi berbasis teknologi secara terintegrasi. Huawei tidak saja menjadi pemain terdepan di bidang ICT, namun juga di bidang digital power,” sebut Andy Liu (CEO Digital Power Huawei Indonesia).
Huawei Digital Power mengeklaim menghadirkan inovasi dan produk berteknologi canggih dalam pengembangan energi terbarukan. Huawei Digital Power misalnya menawarkan inverter, controller, penyimpanan energi, dan manajemen sehubungan modul photo-voltaic alias modul sel surya. Dengan kata lain, Huawei Digital Power bisa membantu Indonesia memanfaatkan energi matahari. Di dunia sendiri Huawei Digital Power lebih dulu hadir. Huawei Digital Power memiliki sekitar 6.000 karyawan dan sekitar 60% di antaranya fokus terhadap pengembangan dan penelitian.
KOMENTAR