Kementerian Komunikasi dan Informatika mensosialisasikan aplikasi Sistem Informasi Desa dan Kawasan New Generation (Sideka NG) pada Selasa (14/12/2021) di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang.
Acara sosialisasi Sideka dilakukan bertepatan dengan ditutupnya Gerakan Menuju Smart City 2021. Sebagai informasi, Gerakan Menuju Smart City merupakan program tahunan Kementerian Informasi dan Komunikasi (Kemenkominfo) yang dimulai sejak 2017.
Melalui gerakan tersebut, kota/kabupaten terpilih akan dibimbing untuk menyusun rencana induk (masterplan) pembangunan kota berbasis inovasi dan teknologi (smart city).
Sosialisasi Sideka NG diresmikan langsung oleh Direktorat Jenderal Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Semuel Abrijani Pangerapan.
Baca Juga: Xiaomi Bakal Luncurkan HP Lipat Mix Fold 2 dengan Teknologi Samsung
Dalam sambutannya, Semuel mengatakan, Sideka NG dibuat guna membantu desa dan kecamatan untuk melakukan transformasi digital.
Menurutnya, kota cerdas tidak akan bisa terwujud apabila sektor terkecil seperti desa belum dikelola dengan sistem pemerintahan yang berbasis digital.
“Kalau kita ingin punya smart city, maka kita harus punya smart village. Dengan terbangunnya smart village, transformasi digital Indonesia yang lebih luas akan lebih cepat,” ungkap Semuel.
Terdapat dua modul utama dalam aplikasi Sideka NG, yaitu Layanan Desa dan Website Desa. Kehadiran Sideka, lanjutnya, menjadi salah satu bentuk implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
Baca Juga: Penjualan Online Meningkat, Situs E-Commerce Perusahaan Retail Perlu Siapkan 5 Hal Ini
Proses implementasi Sideka NG oleh desa-desa di seluruh Indonesia akan dibantu oleh sejumlah kementerian terkait, yaitu Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes), dan Satu Data Indonesia.
Semuel menegaskan bahwa desa dan kecamatan dapat memanfaatkan Sideka NG secara gratis tanpa perlu mengalokasikan anggaran tertentu.
“Sideka NG ini gratis. Hosting dan training itu langsung dari Kemenkominfo, tidak ada biaya apa pun. Dana APBN bisa digunakan untuk kebutuhan lain,” tegasnya.
Desa dan kecamatan yang ingin memanfaatkan Sideka NG, kata Semuel, bisa langsung mengajukan ke pihak kota/kabupaten sebagai penyelenggara.
Baca Juga: Strategi XL Axiata Antisipasi Lonjakan Trafik Internet Saat Nataru
“Kalau dahulu aplikasi ini diberikan dari pusat ke desa, sekarang kota/kabupaten menjadi jembatan untuk menyalurkan Sideka NG ke desa atau kecamatan,” lanjutnya.
Melalui Sideka NG, Semuel berharap, Indonesia dapat segera mewujudkan kota dan negara pintar guna menjawab tantangan digital di masa depan.
“Semoga Indonesia bisa menjadi negara yang siap dengan berbagai tuntutan digital,” imbuhnya.
Dorong ICT readiness
Selain menutup Gerakan Menuju Smart City dan mensosialisasikan aplikasi Sideka NG, rangkaian acara juga dilengkapi dengan webinar bertajuk “Cara Strategis Meningkatkan Citra Kota dan Kawasan Wisata”.
Agenda ini dihadiri oleh Direktur Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Leonardo Adypurnama, Pakar City Branding Hermawan Kartajaya, CEO Citiasia Farid Subkhan, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Uno secara virtual.
Dalam kesempatan tersebut, Sandiaga mengungkapkan bahwa sektor pariwisata Indonesia masih tertinggal dari negara Asia lainnya.
Integrasi konsep smart city dengan pengembangan destinasi pariwisata diharapkan dapat memajukan sektor wisata Indonesia.
Baca Juga: Startup Pembayaran Digital CHAI Berhasil Raih Pendanaan dari SoftBank
Menurut Sandiaga, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi wisata besar tetapi masih kurang dalam hal implementasi. Begitu pula dengan pemanfaatan teknologi untuk mendorong kesadaran wisatawan akan adanya destinasi lain di Indonesia selain Pulau Bali.
“Posisi kita (Indonesia) masih tertinggal dari Singapura dan Malaysia terkait kualitas destinasi wisata,” ujar Sandiaga.
Untuk itu Kemenparekraf mendukung terwujudnya lokasi wisata baru dengan bantuan pilar smart city. Hal ini dimulai dari adanya infrastruktur yang memadai, hingga kecakapan masyarakat dalam menggunakan fasilitas dan teknologi yang ada.
“Fokus kita harus diutamakan pada information and technology readiness (ICT readiness). Baik pada lima destinasi superprioritas maupun destinasi prioritas,” ujarnya.
Baca Juga: Jelang Nataru 2022, Transaksi Hampers di Tokopedia Naik 3 Kali Lipat
Langkah tersebut, kata Sandiaga, bisa tempuh dengan cara kolaborasi. Artinya, berbagai pihak, baik dari swasta maupun kementerian harus berembuk untuk membuat strategi yang tepat guna.
“Semua hal ini bisa dicapai dengan kolaborasi dan sinergi,” ujarnya.
Hermawan Kartajaya juga menyatakan hal serupa. Menurutnya, apabila suatu kawasan, utamanya destinasi wisata tidak memiliki branding, maka lokasi tersebut akan sulit bersaing.
“Kalau suatu kota atau wilayah destinasi tidak di branding, saingannya itu banyak. Jadi branding itu ibarat mangkok, mewadahi produk supaya bisa bercampur dengan konsumen di dalamnya,” tegas Hermawan.
Menanggapi paparan Sandiaga dan Hermawan, Leonardo Adypurnama mengungkapkan bahwa diperlukan kolaborasi terintegrasi untuk mewujudkan daya saing pariwisata. Salah satunya melalui program pemampu (enabler) bertajuk “Integrated Tourism Master Plan”.
Baca Juga: HP Oppo, Vivo, hingga Xiaomi Bakal Pakai Chip Mediatek Dimensity 9000
“Indonesia bekerja sama dengan bank dunia untuk menentukan supply dan demand yang ada di lapangan. Lewat cara ini, Indonesia bisa tahu cara apa yang perlu dan bisa dilakukan untuk menarik wisatawan mancanegara,” ungkap Leonardo.
Dengan rencana tersebut, diharapkan Indonesia mampu mendongkrak minat wisatawan mancanegara sehingga ekonomi dapat segera pulih.
“Rencana besarnya, Indonesia mampu menarik kembali minat wisatawan mancanegara. Ketika hal itu terjadi, destinasi pariwisata pun sudah siap dengan dengan sejumlah infrastruktur yang memadai,” imbuhnya.
Penulis | : | Tim Konten |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR