Secara khusus, perusahaan pemberi pinjaman di Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat penggunaan data alternatif tertinggi di antara negara-negara yang berpartisipasi di dalam studi ini.
Situasi ini berpotensi terjadi karena difasilitasi oleh cepatnya digitalisasi di Tanah Air dengan dukungan kebijakan seperti Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP).
Data telco juga secara khusus menjadi salah satu sumber utama dari jenis kredit data non-konvensional. Kemudian, sebesar 47 persen dari responden menilai bahwa data telco/utilitas menjadi sumber utama dari data alternatif mereka.
Perusahaan Pemberi Pinjaman Andalkan Teknologi untuk Meningkatkan Kemampuan Identifikasi Risiko Kredit dan Identity Fraud
Seiring dengan digitalisasi yang berkelanjutan, mayoritas pemberi pinjaman di Indonesia memanfaatkan teknologi baru untuk memfasilitasi pengambilan keputusan berbasis risiko yang lebih efektif.
Tak sedikit pula di antaranya yang bersiap untuk meningkatkan investasi pada teknologi seputar pengambilan keputusan berbasis risiko melalui analitik data secara real-time.
Seiring pertumbuhan penggunaan data, 78 persen responden yang terdiri atas perusahaan pemberi pinjaman di Indonesia menggunakan teknologi open banking (perbankan terbuka) untuk memanfaatkan data real-time dalam pengambilan keputusan kredit berbasis risiko.
Sementara itu, sebanyak 85 persen menilai teknologi tersebut sebagai area investasi prioritas dalam waktu dekat.
Survei juga menunjukkan 69 persen responden memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengelola volume data yang terus bertambah dan untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara otomatis.
Meskipun 70 persen responden sudah melakukan pengambilan keputusan kredit secara otomatis dalam lingkup cukup besar, 80 persen berencana untuk meningkatkan level otomatisasi tersebut dalam setahun ke depan.
Penggunaan Data dan Teknologi untuk Mempercepat Pencapaian Inklusi Keuangan Indonesia
Peningkatan akses keuangan telah menjadi prioritas pemerintah Indonesia untuk mendorong inklusi keuangan hingga 90 persen pada tahun 2024 – sebagai landasan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR