Jika terjadi perang, tentu ada korban yang berjatuhan. Hal ini juga berlaku saat terjadi perang tarif operator seluler di Indonesia. Tidak hanya jatuh korban, masa krisis juga akan terjadi jika para operator berebut pelanggan baru dengan cara perang tarif.
Saat ini, semua lini seperti ekonomi, pendidikan, transportasi dan bidang lainnya yang menguasai keseharian manusia telah masuk ke era digital. Di era digital ini, tentu perlu adanya keberadaan operator selulel yang menjadi penyangga.
Namun dengan adanya perang tarif, tentu saja membuat operator bakal sulit berkembang karena laba minim hingga ada yang selalu merugi bertahun-tahun. Di saat laba minim bahkan merugi, tentu saja operator seluler tidak bisa memberi layanan maksimal ke masyarakat.
Apalagi pemerintah membuat peraturan yang bakal menjatuhkan sanksi kepada operator yang tidak bisa melayani seluruh desa/kelurahan di seluruh Indonesia. Denda yang bakal berlaku yakni Rp2 miliar perdesa.
Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Aju Widya Sari membenarkan jika kecepatan internet di Indonesia saat ini masih yang paling lambat jika berbanding negara-negara tetangga.
“Kecepatan internet di Indonesia rangking 110 di dunia dengan kecepatan sekitar 21 mbps. Bahkan di bawah Kamboja dan Myanmar,” ujar Aju dalam webinar Selular Congres 2022, Rabu (30/3/2022).
Selain masih lambat, tarif internet di Indonesia juga tergolong murah di dunia atau nomor 12 paling murah di Indonesia.
“Tarif internet di Indonesia paling murah di bawah India, yakni hanya Rp6.000 per 1 GB,” sambung Aju.
Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika berharap adanya inovasi dari para penyelenggara operator seluler untuk meningkatkan pemasukannya. Namun dengan pemasukan yang besar maka pelayanan ke masyarakat juga harus lebih bagus lagi. Misalnya peningkatan kecepatan internet.
Penjelasan dari Kominfo ini juga XL Axiata benarkan. Director & CCO XL Axiata David Orcelius Oses menyebut jika penggunaan internet di wilayah Asia ini sangat besar. Meski demikian di Indonesia tidak berimbang dengan kecepatan serta tarifnya.
Hal senada juga Director & Chief Regulatory Indosat Ooredoo Hutchison Danny Buldansyah yang mengatakan ranking pelayanan di Indonesia paling rendah di dunia. “Ini menjadi alarm bagi kita semua. Jadi harus ada kolaborasi antara penyelenggara operator dengan pemerintah sehingga terjadi efesiensi demi pelayanan ke masyarakat,” jelasnya.
Vice President Sales Strategy Telkomsel Adhi Putranto mengatakan kebutuhan internet sudah jadi kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat. “Internet ini sudah sangat vital untuk digitalisasi bagi negara maupun masyarakat maka semuanya harus saling bahu-membahu,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, Dosen ITB Ian Yoseph Matheus menyebut adanya perang tarif antara operator yang membuat tarif internet di Indonesia paling murah. “Adanya perang tarif ini, membuat perusahaan operator seluler sendiri yang bakal merugi,” ungkapnya.
KOMENTAR