Dijelaskan Ricky, saat ini Solos fokus pada pertumbuhan di Indonesia dan perusahaan ini berbasis di Bali.
“Kami saat ini berbasis di Bali karena kami percaya Bali adalah pusat bisnis yang tepat untuk freelancer, solopreneur, dan digital nomads,” jelas Ricky.
Bali adalah pusat bagi para digital nomads (orang yang bisa bekerja di manapun). Menurut Ricky, ada banyak dari target pengguna Solos berada di Bali karena mereka ingin memiliki gaya hidup yang seimbang. Mereka pergi berselancar dan melakukan yoga di pagi hari, membangun bisnis mereka di siang hari, dan kemudian memiliki kehidupan sosial yang hebat di malam hari.
“Selain itu, Bali adalah kota berskala internasional yang menarik minat orang-orang dari berbagai negara. Kami pikir Bali akan memungkinkan kami untuk membangun komunitas global, namun juga masih memungkinkan kami untuk mempertahankan identitas kami sebagai bangsa Indonesia. Fakta unik, Solos adalah kata jamak untuk solo - yang mengacu pada beberapa solopreneur yang bekerja bersama. Esensi gotong royong ini berpusat pada keragaman, membangun komunitas, dan bekerja sama. Bagi kami, Bali mewakili semua hal di atas,” jelas Ricky.
Lebih lanjut, Ricky mengungkapkan Solos mengalami pertumbuhan eksponensial dalam jumlah pengguna sejak pertama kali dioperasikan.
“Solos juga memiliki daya tarik global dan telah menerima minat dari freelancers dan solopreneurs dari Filipina, Australia, India, AS, dan pasar lain secara global. Solos saat ini tengah mengumpulkan seed round dari investor di Asia Tenggara dan Eropa,” tuturnya.
Sejauh ini Solos memiliki beberapa angel investor dari perusahaan seperti Microsoft, HSBC, JP Morgan, dan Blackberry.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Website Cek Ongkir, Mana Pilihan Favorit Anda?
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR