Platform video pendek, seperti SnackVideo, kini marak dimanfaatkan tidak hanya oleh pengguna individu tapi juga organisasi atau perusahaan. Empat Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pun tak mau ketinggalan.
Video pendek menjadi salah satu cara efektif untuk menyampaikan informasi ke berbagai golongan masyarakat, perusahaan, organisasi, hingga pelaku bisnis. Salah satu alasan yang kerap dikemukakan para ahli adalah rentang perhatian (attention span) penonton yang pendek. Menurut temuan para ahli, penonton akan menonton dengan fokus hanya di 8 detik pertama.
Dan di era media sosial seperti saat ini, audiens tidak ingin menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengonsumsi konten, kecuali untuk layanan yang mereka langgan secara khusus. Saat sedang santai sambil melakukan scrolling timeline atau news feed, audiens lebih suka menonton video pendek karenamereka dapat menonton lebih banyak konten.
Kini, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga mulai memanfaatkan platform video pendek untuk membuat konten video yang sederhana namun memiliki pesan mendalam untuk mengkampanyekan aksi sosial mereka kepada masyarakat.
Melalui video pendek, pesan-pesan berfaedah itu disajikan secara ringan dan menarik perhatian sehingga akan banyak respons dan atensi dari publik yang didapatkan. Hal inilah yang dilakukan oleh LSM lewat konten video pendeknya di SnackVideo.
“SnackVideo menyambut baik Lembaga Swadaya Masyarakat dalam menyebarkan konten edukatif dan informatif bagi komunitas kami. Melalui konten video pendek, LSM dapat mengkampanyekan program, mengajak masyarakat luas untuk berdonasi, hingga menyampaikan pesan atau ajakannya dengan kreatif. Hal ini dapat meningkatkan perhatian dan menggerakkan para pengguna SnackVideo untuk bersama bertindak demi memberikan dampak positif yang nyata,” ujar Radityo Utomo, Public Policy Manager Southeast Asia & South Asia, SnackVideo.
Inilah contoh video pendek yang dibuat oleh beberapa LSM.
Inspiration Factory Foundation adalah LSM yang berfokus di bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat. Dalam kegiatannya, mereka bertujuan menginspirasi generasi muda, khususnya anak-anak kurang beruntung untuk tetap semangat mewujudkan mimpinya.
Inspiration Factory Foundation membagikan sebuah video pendek berisi ringkasan profilnya serta ajakan untuk bergabung, mengulurkan tangan untuk membantu anak-anak Indonesia dalam menempuh pendidikan dan menggapai mimpi untuk bangkit menjadi lebih baik. Dalam video tersebut, mereka menjelaskan fenomena anak-anak kurang beruntung yang tidak memiliki kesempatan untuk mewujudkan mimpi.
"Menyampaikan isu-isu yang menjadi fokus kami melalui sosial media merupakan tantangan tersendiri. Kami perlu mengemas pesan secara kreatif dan interaktif untuk bisa menjangkau target audiens dengan efektif. Tren video pendek memudahkan kami dalam proses produksi dan pesan dikemas secara ringkas dan straightforward dengan harapan bisa lebih mudah meraih perhatian audiens,” ujar Yolanda Regina, Creative Director.
YAPPIKA merupakan LSM yang bekerja untuk advokasi kebijakan dan perbaikan layanan publik, serta telah berkiprah selama 30 tahun di Indonesia.
Dalam laman SnackVideo resminya, YAPPIKA-ActionAid mengajak masyarakat untuk berkontribusi dan berdonasi demi mewujudkan pembangunan sekolah kokoh dan aman di Indonesia.
Menariknya, konten tersebut disajikan dengan unik mengikuti tren kekinian, yaitu dengan menggunakan sound yang sedang trending di platform video pendek serta mengajak figur publik, Reza Rahadian, untuk berpartisipasi dalam videonya. Namun tetap mengedepankan fakta bahwa masih banyak gedung sekolah SD Negeri di Indonesia yang rusak ringan maupun berat.
Yayasan Pemuda Peduli bergerak di bidang pendidikan, pengembangan karakter, serta aktivasi generasi muda. LSM ini rutin mengajak anak muda Indonesia untuk terjun dan melihat fenomena di lapangan, salah satunya adalah minimnya akses pendidikan di daerah terpencil Indonesia.
Melalui konten video pendek di SnackVideo, Yayasan Pemuda Peduli membagikan perjalanannya dalam upaya menyelesaikan berbagai permasalahan dalam negeri. Salah satunya adalah melalui program Bina Desa yang memberi pendidikan berkelanjutan, juga program Ayo Kita Peduli berupa tunjangan kebutuhan seperti sembako, dana belajar hingga beasiswa. Dalam video yang diunggah, LSM ini menggunakan lagu yang sedang viral di Indonesia, membuat audiens ingin menonton video hingga akhir.
Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (Pita Kuning) merupakan sebuah yayasan yang bergerak di bidang pengasuhan dengan layanan psikososial bagi anak-anak pasien kanker, khususnya dari keluarga pra sejahtera.
Untuk memperluas jangkauan kampanye dari setiap programnya, LSM ini bergabung dengan SnackVideo dan menghasilkan konten video pendek yang inspiratif. Salah satunya adalah kampanye #Sisihkan5Ribu untuk menunjukkan betapa nilai donasi tersebut berarti bagi anak-anak binaan Yayasan Pita Kuning.
Melalui video unggahannya, Yayasan Pita Kuning memperhatikan angle dari video, serta animasi pendukung yang dapat memudahkan audiens memahami bagaimana cara berdonasi. Tak hanya itu, penggunaan latar belakang serta properti di dalam video yang didominasi warna kuning, semakin menunjukkan identitas dari LSM ini.
Komunitas Historia Indonesia, adalah LSM yang berfokus dalam upaya meningkatkan kesadaran serta rasa nasionalisme dan patriotisme melalui sejarah dan budaya. Komunitas ini memiliki tiga pilar utama dalam setiap gerakannya, yaitu rekreatif, edukatif, dan menghibur. Melalui kreativitasnya, LSM ini menghadirkan berbagai acara yang mampu menarik minat generasi tua dan muda untuk makin mencintai sejarahnya.
Salah satu konten edukatif yang mereka bagikan lewat SnackVideo adalah mengenai bagaimana sikap kita saat lagu Indonesia Raya ditayangkan dalam webinar, sesuai dengan undang-undang.
Asep Kambali, pendiri LSM sekaligus sebagai sejarawan, menyampaikan bahwa untuk menghormati lagu kebangsaan, peserta webinar wajib berdiri tegak dan sikap sempurna. Konten ini menjadi informasi sekaligus pengingat bagi audiens mengenai peraturan perundang-undangan dalam menghargai lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR