Dari sisi produktivitas perusahaan, ekosistem digital juga memungkinkan karyawan untuk bekerja secara offline dan online atau hybrid.
Menurut studi yang dimuat di laman Harvard Business Review, tren bekerja dari mana saja atau work from anywhere (WFA) juga diprediksi akan terus berkembang selama beberapa tahun ke depan.
Studi tersebut juga menyatakan, banyak karyawan menilai bahwa fleksibilitas bekerja dengan skema WFA telah meningkatkan produktivitas mereka selama didukung oleh jaringan internet yang memadai.
Baca Juga: YUNA, Chatbot yang Bisa Bantu Mempermudah Gamers Transaksi di UniPin
Tantangan SDM dan infrastruktur teknologi
Sebagaimana proses perubahan pada umumnya, transformasi digital juga tidak lepas dari berbagai tantangan dan kompleksitas. Laporan McKinsey mencatat, sebanyak 70 persen perusahaan di dunia gagal dalam bertransformasi menjadi perusahaan digital.
Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah kurangnya kesiapan saat memutuskan untuk bertransformasi menjadi perusahaan digital, baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun infrastruktur pendukung.
Terkait SDM, masih banyak perusahaan yang membebankan pekerjaan yang berkaitan dengan transformasi digital ke departemen IT saja. Akibatnya, proses digitalisasi berjalan tidak efektif atau gagal karena tidak seluruh departemen memiliki pemahaman yang sama tentang hal tersebut.
Oleh sebab itu, perusahaan sebaiknya melibatkan karyawan dari departemen lain, seperti keuangan, pemasaran, human resources (HR), serta produksi dan quality assurance (QA).
Baca Juga: Qualtrics: Karyawan Indonesia Lebih Suka Fleksibilitas dalam Bekerja
Melansir laman Forbes, sejumlah ahli IT menyarankan agar perusahaan melaraskan antara tujuan perusahaan dengan tujuan transformasi digital terlebih dahulu. Dengan begitu, perusahaan dapat menentukan alur kerja yang lebih jelas, serta mengukur potensi dan risiko yang mungkin terjadi.
Sejalan dengan itu, perusahaan juga perlu mempertimbangkan infrastruktur digital yang memadai. Tidak hanya infrastruktur teknologi untuk pengelolaan data dalam jumlah besar atau big data, tetapi juga untuk menghadapi ancaman kejahatan siber (cybercrime).
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Wandha Nur Hidayat |
KOMENTAR