Seiring dengan semakin membaiknya situasi pandemi Covid-19, negara-negara di dunia mulai optimistis bahwa perekonomiannya akan kembali pulih dan bertumbuh, tak terkecuali Indonesia.
Asian Development Bank (ADB) melalui sebuah laporan tertulis mengungkapkan bahwa daya beli konsumen dan aktivitas manufaktur di Indonesia mengalami peningkatan signifikan pada 2022. Hal tersebut diprediksi akan meningkatkan perekonomian Indonesia hingga 5,2 persen pada 2023.
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi dikhawatirkan akan menimbulkan dinamika baru. Laporan tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2022 akan dibayangi inflasi hingga 3,6 persen pada 2022.
Inflasi tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap suatu jasa atau produk seiring dengan pemulihan ekonomi masyarakat. Sementara itu, jumlah permintaan tidak seimbang dengan ketersediaannya.
Baca Juga: Pelaku Industri Ekonomi Digital Sambut Baik UU PDP Jika Disahkan
Situasi ini dapat menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi perusahaan yang sedang dalam tahap pemulihan pascapandemi.
Pasalnya, ekspektasi konsumen terhadap suatu jasa atau produk menjadi semakin tinggi. Di sisi lain, perusahaan harus berusaha memenuhi ekspektasi tersebut sambil berupaya mengefisiensi beban dan biaya operasional guna menjaga stabilitas keuangan.
Untuk menghadapi situasi ekonomi yang dinamis dan sulit diprediksi, pemerintah Indonesia sendiri tengah berupaya mendorong seluruh pelaku industri untuk mengikuti arus ekonomi digital.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, ekonomi digital menjadi salah satu cara bagi para pelaku industri untuk beradaptasi dengan pergeseran perilaku masyarakat yang kini cenderung menggunakan platform digital untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya di berbagai sektor.
Baca Juga: Mekari: Solusi Digital 'Kunci' Resiliensi UMKM Hadapi Gejolak Ekonomi
“Ekonomi digital di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Nilai ekonominya di tahun 2021 tercatat sekitar 70 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dan diperkirakan mampu mencapai 146 miliar dollar AS pada 2025,” ungkap Airlangga, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (11/4/2022).
Melalui ekonomi digital, para pelaku industri pun diharapkan mampu mengakselerasi pemanfaatan teknologi digital untuk pengembangan perusahaan, serta meningkatkan produktivitas, pertumbuhan bisnis, dan inovasi produk atau jasa.
Dari segi lapangan kerja, teknologi digital juga akan menciptakan lebih banyak peluang pekerjaan. Berdasarkan studi yang disusun oleh perusahaan konsultasi manajemen McKinsey, pemanfaatan teknologi digital akan menciptakan sekitar 24 juta lapangan kerja baru pada 2030.
Melihat potensi pertumbuhan ekonomi digital tersebut, tak heran jika perusahaan konsultasi manajemen Boston Consulting Group (BCG) menyebut daya beli produk dan jasa informasi teknologi (IT) di kalangan perusahaan di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan tertinggi di Asia-Pasifik.
Baca Juga: Inilah Empat Rekomendasi Gugus Tugas Digitalisasi B20 Indonesia
Salah satu produk IT yang diincar adalah public cloud. BCG memperkirakan nilai belanja public cloud di Indonesia akan mencapai 800 juta dollar AS atau setara Rp 11 miliar pada 2023.
Saat ini, banyak perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang sudah memanfaatkan public cloud untuk mengembangkan bisnisnya. Pada skala bisnis yang lebih besar, tak sedikit perusahaan yang mulai beralih ke hybrid cloud.
Hybrid cloud menggabungkan public cloud yang memiliki kecepatan dan skalabilitas yang tinggi dengan private cloud yang memiliki tingkat keamanan tinggi untuk mengelola data-data krusial.
Dengan hybrid cloud, perusahaan juga dapat beradaptasi dengan perubahan secara cepat sekaligus mengefisiensi biaya.
Baca Juga: Ini Alasan Perusahaan Membutuhkan Data dan Analisis Real Time
Sebelum memutuskan untuk menjadi pemain dalam ekonomi digital, penting bagi perusahaan untuk lebih dulu memahami berbagai aspek yang harus dipertimbangkan dalam mempersiapkan infrastruktur digital seperti hybrid cloud. Hal tersebut akan dibahas dalam Innovate: Gaining Business Agility in Uncertain Times.
Acara yang digelar oleh InfoKomputer bersama Multipolar Technology dan IBM tersebut juga akan membahas mengenai outlook ekonomi Indonesia di masa depan, serta pentingnya memaksimalkan infrastruktur digital dengan solusi IBM Power10 Midrange Server untuk mempertahankan bisnis di tengah situasi ekonomi yang tak menentu.
Acara tersebut akan dihadiri oleh sejumlah pembicara yang ahli di bidangnya, yaitu Business Development Advisor Indonesia Stock Exchange Poltak Hotradero dan Pemimpin Divisi Pengembangan TI Bank BNI Setiawan Anis Widjojo, Senior Power Technical Specialist IBM Indonesia Dedi Widharwanto, dan Department Head Presales IBM Hardware Multipolar Technology Lindra Heryadi.
Sesi berbincang dengan para ahli sebagai pembicara tersebut akan dipandu oleh Managing Editor InfoKomputer Wisnu Nugroho.
Sebagai informasi, acara Innovate dari InfoKomputer bekerja sama dengan Multipolar Technology dan IBM akan digelar pada Kamis, 25 Agustus 2022, di Fairmont Hotel, Jakarta. Acara akan berlangsung mulai pukul 09.30 sampai 12.00 WIB.
Untuk berpartisipasi dalam acara Innovate: Gaining Business Agility in Uncertain Times, Anda dapat mendaftarkan diri terlebih dahulu melalui tautan ini.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Wandha Nur Hidayat |
KOMENTAR