Akhirnya, Google akan menutup layanan streaming game Stadia pada 18 Januari 2023 dan akan mengembalikan uang pembelian hardware dan software para pengguna layanan itu.
Google berjanji akan melakukan refund atau pengembalian uang kepada setiap orang yang membeli perangkat controller dan setiap konten game stadia. Seluruh refund bakal rampung pada pertengahan Januari 2023.
Google akan menggunakan teknologi Stadia ke perusahaan lainnya seperti YouTube, Google Play, dan usaha Augmented Reality (AR) miliknya. Google sendiri telah meluncurkan Stadia pada Maret 2019.
Banyak pihak yang ragu Google akan sukses dengan Stadianya seperti dikutip GSM Arena.
Ditantang Amazon
Google baru saja meluncurkan layanan cloud gaming Stadia pada tanggal 19 November lalu, namun sudah ada perusahaan lain yang akan ikut bersaing, yaitu Amazon.
Dilansir dari The Verge, Amazon berencana untuk mengumumkan layanan cloud gaming-nya pada tahun depan. Informasi ini juga didukung dengan laporan dari website The Information.
Tidak hanya itu, Amazon juga membuka lowongan kerja yang berhubungan dengan layanan terbarunya tersebut.
Lowongan tersebut berhubungan dengan tim Amazon Web Services dan sebuah layanan gaming baru.
Hal lain yang ditemukan adalah informasi bahwa layanan Amazon tersebut akan terintegrasi dengan Twitch. Hal ini terdengar familiar dengan rencana Google untuk mengintegrasikan Stadia dengan YouTube.
Amazon memang bukan sebuah perusahaan gaming, namun cukup masuk akal kalau mereka ingin mendapat keuntungan dari besarnya potensi layanan cloud gaming tersebut.
AWS sendiri dapat dibilang memiliki kekuatan yang cukup besar di internet. Hal ini menunjukkan Amazon memiliki pengetahuan yang cukup mengenai infrastruktur dan sistem untuk membangun layanan ini.
Sebenarnya banya perusahaan lain yang sedang berfokus pada bidang cloud gaming ini. Bisa dibilang, cloud gaming sekarang menjadi populer di kalangan perusahaan teknologi.
Beberapa di antaranya seperti PlayStation Now milik Sony dan GeForce Now milik Nvidia. Tidak hanya itu, Project xCloud yang akan dirilis oleh Microsoft dikatakan akan memiliki lebih dari 50 game.
Sedangkan untuk perusahaan EA, mereka sudah memulai uji coba untuk layanan cloud gaming yang bernama Project Atlas. Perusahaan lainnya yang akan bergabung adalah Valve, Nintendo, Verizon dan juga Walmart.
Layanan game streaming milik Google, Stadia resmi hadir di 14 negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Swedia, Prancis, dan Italia. Namun, layanan game streaming itu masuk ke Indonesia.
Namun, Google berencana untuk menjangkau lebih banyak negara 2020 mendatang. Dengan Google Stadia, pengguna tidak perlu memiliki konsol atau perangkat keras lain untuk bermain gim.
Untuk memainkan layanan ini, pengguna diberi dua opsi berlangganan. Pertama versi Premium untuk langganan tiga bulan dan versi Pro untuk langganan per bulan. Namun versi Pro baru meluncur pada 2020.
Stadia Premium mesti ditebus US$129,99 atau sekitar Rp1,8 juta (US$1 = Rp14.090). Sementara Stadia Pro bakal dikenakan biaya US$9,99 (Rp140 ribu) per bulan, seperti dilansir CNN.
Google menyebut jika pengguna berhenti berlangganan, mereka masih tetap bisa mengakses game yang telah dibeli. Pilihan game streaming ini menarik lantaran pengguna tak perlu memberi perangkat keras.
Tapi, sisi buruknya pengguna bakal kehilangan semua game yang sudah mereka beli jika nantinya Google menutup Stadia.
Source | : | GSM Arena |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR