Sebagai contoh, perusahaan di bidang kesehatan umumnya paling sering menjadi sasaran hacker karena memiliki data pribadi pasien. Begitu pun dengan perusahaan farmasi, informasi riset dan komposisi produk bisa menjadi sasaran empuk bagi para pelaku serangan siber.
Memanfaatkan NIST CSF
Dalam penerapan cybersecurity, terdapat berbagai framework yang bisa digunakan. Salah satunya, National Institute of Standards and Technology CyberSecurity Framework (NIST CSF).
NIST CSF dapat memberikan panduan komprehensif dan praktik terbaik yang dapat diikuti oleh organisasi dan bisnis untuk meningkatkan keamanan informasi dan manajemen risiko serangan siber.
Sebagai awal, tim IT bisa membuat beberapa penilaian, mulai dari Cloud Security Maturity Assessment, OT Security Assesment atau Incident Response/Managed Detection and Response (IR/MDR), dan Readiness Assessment.
Dari ketiga asesmen tersebut, tim IT dapat mengetahui bagian apa saja yang paling rentan diserang hacker, serta serangan apa saja yang bisa terjadi. Selanjutnya, tim IT juga bisa membuat strategi prioritas keamanan sekaligus membuat anggaran prioritas untuk sektor cyber security.
Baca Juga: NTT Rilis 360 Observability, Diklaim Mampu Atasi Kompleksitas Multi-Cloud dan Hybrid IT
Dengan strategi tersebut, diharapkan tim IT dapat meminimalkan risiko kebocoran dan pencurian data, serta membuat infrastruktur cloud bebas dari gangguan. Apabila khawatir framework yang digunakan kurang sesuai, organisasi dan bisnis bisa mempertimbangkan jasa konsultan cybersecurity seperti NTT.
Konsultan NTT dapat merekomendasikan tim IT untuk mengimplementasikan cybersecurity dengan framework yang tepat, membuat langkah mitigasi sesuai standar internasional, serta melakukan training untuk tim IT. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap tentang layanan cybersecurity NTT, kunjungi https://services.global.ntt/.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR