Makin maraknya digitalisasi kini menempatkan praktik DevOps sebagai bagian penting dalam agenda organisasi dan perusahaan. Apa saja tren teknologi terkait DevOps di 2023 ini?
Penerapan DevOps diyakini menjadi kunci bagi organisasi dan perusahaan yang berorientasi masa depan dalam mengembangkan aplikasi dan layanan digital yang dapat menjawab kebutuhan pelanggan. DevOps ibarat “senjata” bagi perusahaan untuk tetap unggul saat ini dan nanti.
Sebagai sebuah pendekatan pengembangan software dan operasional, DevOps memungkinkan pengembangan produk baru yang lebih cepat dan pemeliharaan yang lebih mudah. Di sisi lain, DevOps juga membantu memangkas biaya dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Inilah mengapa adopsi DevOps tumbuh pesat. Tren ini setidaknya tercermin dari data yang dirilis Global Market Insights. Market size DevOps secara global mencapai US$6,78 miliar di tahun 2020 dan diproyeksikan mencapai US$57,90 miliar pada tahun 2030, dengan CAGR sebesar 24,2% dari 2021 hingga 2030. Bahkan kawasan Asia Pasifik memperlihatkan CAGR tertinggi, yaitu 26,3% untuk periode yang sama.
Implementasi DevOps sangat bergantung pada teknologi, terutama teknologi automation. Untuk itu, adalah penting bagi para pelaku DevOps untuk selalu mengikuti perkembangan baru agar kecepatan software delivery dan efisiensi operasional tetap terjaga.
Kami rangkum dari beberapa sumber, inilah tujuh teknologi yang perlu diperhatikan oleh para pelaku DevOps di 2023.
1. DevSecOps
Keamanan selalu menjadi faktor penting di dunia digital. Ketika bisnis selalu ingin bergerak cepat dan tim security harus mampu mengimbanginya. Hal inilah yang kemudian memicu kemunculan DevSecOps.
Ide utama dari DevSecOps adalah sebuah pendekatan shift-left yang harus diikuti oleh keamanan alih-alih memikirkannya kemudian. DevSecOps mengintegrasikan praktik terbaik dalam pengembangan dan operasi, dengan penekanan pada keamanan dan pengurangan risiko serta kerentanan sistem. Pendekatan ini tenu membantu menjembatani kesenjangan pengetahuan tentang keamanan antara TI dan bisnis.
2. Serverless computing
Komputasi serverless telah menjadi isu penting di area DevOps, dan diprediksi akan memperoleh lebih banyak perhatian di 2023. Karena tanpa server (serverless), komputasi ini memungkinkan banyak organisasi mengalihkan tugas penanganan infrastruktur ke pihak ketiga sehingga operasional pun bertransformasi.
Dengan demikian, para pengembang/developer pun memiliki lebih banyak ruang untuk fokus pada membangun aplikasi yang sesuai kebutuhan pelanggan. Para pengembang tidak perlu fokus pada pengelolaan dan pemeliharaan server, sehingga meminimalkan risiko masalah manajemen pipeline.
3. Arsitektur microservice
Praktik DevOps dengan arsitektur microservice memungkinkan tim yang terdesentralisasi berinovasi dengan cepat, memiliki kontrol terhadap stack teknologi, mengelola performance metric, dan memangkas time to market dengan mengakselerasi pengembangan serta proses rilis aplikasi.
Dengan microservices, aplikasi berukuran besar dapat dipecah ke unit-unit yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Kemampuan ini akan memungkinkan para pengembang mencapai interval rilis yang lebih pendek.
4. GitOps
GitOps dapat disebut sebagai evolusi dari infrastructure-as-code dan merupakan salah satu tren DevOps paling radikal dan praktik terbaik untuk dimasukkan ke dalam alur kerja DevOps. Organisasi yang ingin meningkatkan kontrol infrastruktur, memantau dengan lebih baik, dan memperkenalkan otomatisasi pengembangan aplikasi dapat memanfaatkan GitOps.
Tim developer dan TI telah merasakan manfaatnya dan kini menggunakan Git untuk mengelola infrastruktur dan men-deploy aplikasi secara efektif. GitOps diperkirakan akan digunakan secara luas karena menjanjikan pengurangan waktu di antara rilis baru, memastikan continous delivery, dan meningkatkan efisiensi keseluruhan proses pengembangan aplikasi.
5. Low-code application
DevOps bertujuan membuat siklus hidup pengembangan aplikasi lebih singkat, dan platform low-code adalah alat yang tepat untuk menghemat waktu dan mengurangi kompleksitas. Ketersediaan elemen drag-and-drop telah memberikan kesempatan pada para profesonal nonteknis untuk mengembangkan dan menyebarkan aplikasi dengan cepat.
Pendekatan low-code juga memungkinkan terbangunnya agility yang pada akhirnya menjadi sebuah keunggulan kompetitif yang dibutuhkan di tengah pasar yang cepat berubah.
6. Artificial intelligence
Penggunaan artificial intelligence (AI) di DevOps semakin matang dan telah meningkatkan fungsi DevOps secara signifikan. AI telah menggantikan aspek tertentu pada manusia dan merevolusi cara organisasi mengembangkan, menyebarkan, mengelola, dan mengirimkan aplikasi, terutama dalam pengembangan yang memerlukan data ingestion dan komputasi dalam jumlah besar.
Organisasi diperkirakan akan mengadopsi AI untuk sebagian besar tahapan SDLC, seperti pengujian, pengkodean, peluncuran, dan pemantauan aplikasi. Manfaat adopsi AI pada DevOps seperti aksesibilitas data yang tinggi, optimalisasi workflow, implementasi agile, peningkatan sistem monitoring, dan keamanan.
7. Lingkungan multicloud
Cloud dan DevOps berjalan bersama. Kombinasi keduanya dapat meningkatkan produktivitas karena menambahkan nilai dan lebih banyak fitur ke prpduct pipeline. Pendekatan multicloud terbukti sangat penting, terutama untuk organisasi yang menginginkan yang terbaik dari tiap penyedia cloud yang dilanggan.
DevOps bertujuan mencapai efisiensi dan kecepatan, dan pendekatan multicloud adalah salah satu strategi untuk mencapainya.
Source | : | Mindbowser,Knowledgehut |
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR