Saat ini banyak beredar tools AI yang dapat membuat dan mengedit video sehingga tampilannya jauh lebih keren. TikTok pun akan memberikan cap palsu ke konten-konten yang dibuat atau dimodifikasi dengan tools artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Konten-konten buatan AI memiliki kualitas gambar realistis tetapi membingungkan pengguna tentang keasliannya. Karena itu, TikTok memberikan label supaya pengguna bisa membedakannya.
"Kami mendukung kreativitas dengan AI tetapi AI akan sangat menyulitkan pengguna untuk membedakan antara fiksi dan nyata. Kami akan memberikan cap atau stiker dengan menyertakan kata 'sintetis', 'palsu', 'tidak 'nyata', atau 'editan," kata perusahaan dalam situs blognya.
Aturan baru TiKTok itu menyebabkan pelarangan gambar yang mirip orang di dunia nyata. Namun begitu, TikTok mengizinkan penggunaan rekayasa untuk tokoh publik.
"Kami tidak mengizinkan media sintetis yang menyerupai seorang individu di dunia nyata yang bukan merupakan tokoh publik (tokoh biasa) tokoh privat asli. Namun kami memberikan kebebasan lebih bagi terkait tokoh publik, kami tidak ingin tokoh tersebut mereka menjadi subjek penyalahgunaan, atau digunakan untuk menyesatkan pengguna tentang masalah politik atau keuangan," ujar TikTok, pada panduan soal Integritas dan Keaslian.
Larangan itu juga termasuk untuk urusan ujaran kebencian, eksploitasi seksual, dan bentuk pelecehan yang parah.
Global Head of Product Policy, TikTok Julie de Bailliencourt dalam postingan blognya mengatakan panduan komunitas teranyar TikTok menjadi aturan dan standar yang perlu diperhatikan pengguna untuk menjadi bagian dari komunitas. TikTok terus mengklaim prinsip komunitas dibuat berdasarkan komitmen TikTok yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan selaras dengan kerangka hukum internasional.
"Panduan Komunitas TikTok berlaku untuk semua orang dan segala hal yang terdapat di dalam platform," ujarnya.
Terancam Diblokir
Saat ini TikTok terancam diblokir di Amerika Serikat (AS), Inggris, Kanada, dan Selandia Baru. AS mencap TikTok sebagai ancamanan keamanan nasional dan terhubung ke pemerintah China.
Kongres AS pun memanggil CEO TikTok Shou Zi Chew untuk mengklarifikasi isu-isu tersebut. Shou Zi Chew pun menegaskan TikTok tidak ada hubungannya dan tidak dikendalikan dengan pemerintah China.
"ByteDance tidak bekerja sama dengan pemerintah China dan tidak menimbulkan ancaman keamanan nasional," katanya.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR