Chew pun berjanji TikTok akan melindungi data pengguna AS, menjaga keamanan pengguna usia remaja dan tetap bebas dari pengaruh pemerintah.
Pernyataan itu berusaha menepis kekhawatiran tentang potensi mata-mata asing yang telah membuat sejumlah pemerintahan di seluruh dunia ketakutan.
AS sendiri saat ini sudah melarang penggunaan aplikasi entertainment tersebut dari perangkat-perangkat pegawai federal.
Firma riset Bernstein mengatakan jika pemblokiran TikTok diresmikan di AS, maka para kompetitor seperti Meta, YouTube, dan Snap akan ketiban durian runtuh karena warga AS akan pindah ke platform lain.
"Masyarakat akan beralih ke platform yang biasa mereka gunakan karena Instagram dan YouTube memiliki fitur yang sama persis dengan TikTok yaitu Reels dan Shorts. Snap juga memiliki Spotlight," kata Bernstein seperti dikutip dari TechCrunch.
Jika TikTok diblokir, maka pendapatan Meta, Google, dan Snap bakal meningkat drastis. Sebagai gambaran, pendapatan TikTok di AS akan tembus USD 7-8 miliar atau Rp 106-121 triliun pada tahun ini.
"Duit iklan akan jatuh ke tangan raksasa teknologi lainnya. Meta bakal paling diuntungkan karena ekosistem iklannya yang sudah lama berkuasa. Sementara itu, YouTube akan kembali menggaet pemasukan dari kampanye brand," lapornya.
"Dengan diblokirnya TikTok, pendapatan itu akan kembali ke YouTube," laporan menambahkan.
Chew mengatakan TikTok memiliki lebih dari 150 juta pengguna di AS. Bernstein memprediksi pengguna itu menghabiskan 1,8 triliun menit per tahun secara rata-rata di aplikasi tersebut.
"Ini menjadikan TikTok sebagai juara dua, setelah Netflix, dengan durasi kunjungan pengguna terlama di AS," ujarnya.
Baca Juga: Dijamin Laris, Ini Tips Meningkatkan Penjualan Produk di TikTok Shop
Baca Juga: Kini Pengguna di Bawah 18 Tahun Hanya Bisa Buka TikTok Selama Sejam
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR