G2Academy, sebuah akademi teknologi sekaligus penyedia solusi teknologi digital, mengumumkan peluncuran kurikulum pendidikan teknologi digital terbarunya yang dirancang untuk menciptakan talenta digital yang relevan dengan kemampuan siap kerja bagi industri dalam rangka menyambut Society 5.0.
Kurikulum ini menyediakan materi yang bersifat mendasar dan mendalam dengan susunan kategori yang optimal dan mencakup seluruh aspek dalam implementasi teknologi, yaitu Pengembangan Aplikasi, DevOps, Data, Penjaminan Kualitas, SysOps, Bisnis, Teknologi Terkini, dan Pengembangan Gamifikasi.
Founder & CEO G2Academy, Ferry Sutanto, menyampaikan bahwa G2Academy mengkombinasikan kriteria standar kompetensi nasional, standar kompetensi internasional dan business request dalam mengembangkan kurikulum pendidikan teknologi digital yang tervalidasi oleh dunia industri dari berbagai sektor.
“Tujuannya adalah menciptakan talenta digital yang bukan hanya mengerti konsep, pengetahuan, dan keterampilan teknologi digital, namun juga memiliki keterampilan praktis yang memenuhi berbagai standar kebutuhan industri, serta rentang pengalaman profesional yang lebih luas,” jelas Ferry.
“G2Academy menggabungkan berbagai aspek pendidikan teknologi digital yang bersumber dari pendidikan formal maupun yang bersumber dari praktek-praktek yang ada saat ini di dunia teknologi digital. Sehingga, dapat dikatakan bahwa kurikulum hadir untuk menjembatani dunia pendidikan, pelatihan dan dunia kerja” lanjutnya.
Dalam hal metode pembelajaran, G2Academy mengadopsi metode daring, luring, dan juga gabungan (luring dan daring) serta menerapkan standar 100% pembelajaran dengan pendampingan, yang merupakan metode paling optimal untuk memaksimalkan pendidikan teknologi.
Para peserta pelatihan juga akan dibimbing oleh praktisi teknologi ahli (Principle Engineer, Data Expert, dll) yang sudah memiliki pengalaman mengajar selama lebih dari lima tahun.
Kurikulum pendidikan teknologi digital G2Academy menargetkan profil pasar yang luas. Pada sektor retail, G2Academy melayani mulai dari remaja, lulusan SMA/SMK, lulusan perguruan tinggi dari berbagai jurusan, kaum profesional, hingga wiraswasta yang ingin meningkatkan kapasitasnya dalam bidang teknologi digital maupun yang ingin beralih profesi ke dunia teknologi digital.
Pada sektor non retail, G2Academy memiliki layanan yang dapat menjangkau berbagai macam sektor mulai dari grup komunitas, perusahaan, pemerintahan dan lembaga lainnya dalam mencapai peningkatan kemampuan dalam teknologi digital.
Metode pembayaran yang ditawarkan juga beragam, mulai dari pembayaran tunai, beasiswa, tunai bertahap, kartu kredit, dan perjanjian bagi hasil, yang memungkinkan peserta didik memulai pembelajarannya hanya dengan membayar deposit (dengan jaminan uang kembalikan) di muka dan mencicil biaya tersebut setelah mendapatkan penempatan kerja dari G2Academy.
Para peserta didik bisa mendapatkan konseling terkait karir dari para ahli; pelatihan serta mentoring pengembangan softskill berbasis industri; kesempatan kerja yang luas, dukungan karir yang berkelanjutan, dan potensi keuntungan dari program referral.
Ferry menuturkan, “Kita saat ini sedang bergerak memasuki era Society 5.0, yang merupakan sebuah konsep yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based), menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan (The Internet of Things) menjadi suatu kearifan baru dan membuka peluang-peluang bagi umat manusia secara keseluruhan. Society 5.0 adalah era di mana semua teknologi menjadi bagian dari manusia itu sendiri.
“Karenanya, untuk memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan Society 5.0, masyarakat Indonesia wajib memiliki literasi data dan kemampuan untuk menyeimbangkan teknologi digital dan manusia. Sebagai langkah dasar, dunia pendidikan perlu terus melakukan pembaruan agar tetap relevan terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan industri, serta perlunya meningkatkan kompetensi sumber daya manusia melalui program link and match antara pendidikan dengan industri,” lanjut Ferry.
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR