Setiap pelajar memiliki keunikannya masing-masing. Termasuk juga gaya mereka dalam berinteraksi, bersosialisasi, dan atau menyerap pengetahuan.
Ditambah dengan fakta bahwa sebagian besar pelajar saat ini berasal dari generasi digital yang sudah terbiasa dengan kemudahan dan kecepatan dalam berbagai aspek kehidupan lainnya, para pelajar mengharapkan kecepatan dan kemudahan yang sama saat belajar.
Dengan memanfaatkan AI sebagai kopilot, beragam lembaga pendidikan dari berbagai belahan dunia sudah mulai mendefinisikan ulang learning experience bagi pelajar di negaranya masing-masing.
Misalnya, Nova Southeastern University telah mengubah caranya mendukung dan meng-engage pelajar generasi berikutnya dengan menerapkan beberapa chatbot AI.
Universitas Okinawa, di sisi lain, telah memperkenalkan layanan transkripsi bertenaga AI untuk membuat penyampaian dosen aksesibel bagi mahasiswa dengan gangguan pendengaran.
Kini, dengan semakin berkembangnya Generative AI yang memungkinkan pelajar dapat memanfaatkan AI sebagai kopilot mereka untuk mendapatkan informasi terkait pelajaran, muncul kesempatan bagi pelajar untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka dengan cara dan waktu yang paling sesuai bagi mereka.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa di balik kebebasan ini, muncul tanggung jawab besar yang perlu diemban.
Tanggung jawab para pelajar untuk menggunakan pengetahuan dan penilaiannya sendiri dalam menyetujui atau mempercayai informasi yang diberikan AI secara bijak, atau tanggung jawab pelajar untuk mengkonfirmasi ulang informasi tersebut kepada pendidik mereka.
Dan tanggung jawab ini tidak hanya ada pada pelajar. Tenaga pendidik, orang tua, pelaku industri, dan semua pemangku kepentingan lain memiliki tanggung jawab yang sama untuk membangun rasa tanggung jawab ini (istilahnya, kita perlu walk the talk), mewariskan pengetahuan kita kepada generasi penerus bangsa, seraya senantiasa ikut belajar bersama para pelajar.
Seiring dengan berkembangnya gelombang teknologi AI, seluruh pihak terkait perlu berkolaborasi dan melakukan upaya nyata untuk menghasilkan dampak AI yang paling positif bagi masyarakat.
Generative AI dapat mengurangi waktu bekerja secara signifikan, sehingga individu berkesempatan untuk mendapatkan pengalaman bekerja yang lebih menyenangkan.
Sebagai contoh, coders atau penggemar IT bisa saja menggunakan AI sebagai kopilot untuk membantu mereka menuliskan kode yang kompleks dengan lebih cepat, sedangkan penulis bisa menceritakan kisahnya kepada lebih banyak orang dengan memanfaatkan AI untuk membuat visual yang lebih indah namun tetap relevan.
Contoh-contoh ini bukan berarti AI akan mengambil alih berbagai lini pekerjaan tersebut, namun tentang bagaimana AI dapat membantu semua orang untuk meraih produktivitas, perkembangan, dan kepuasan yang lebih besar daripada sebelumnya.
Sederhananya begini; ketika orang-orang dibebaskan dari pekerjaan yang repetitif dan memakan waktu, serta diberikan lebih banyak kesempatan untuk mengasah sentuhan humanisnya, semua orang diuntungkan untuk mencapai dampak positif yang bermakna.
Guna memastikan manfaat ini dapat dirasakan semua pihak, memastikan teknologi yang hadir dapat dipercaya oleh masyarakat menjadi hal yang penting.
Oleh karena itu, Microsoft berada di garis terdepan dalam penelitian mengenai penggunaan AI yang bertanggungjawab.
Usaha Microsoft didukung oleh Prinsip-Prinsip AI dan Standar AI Bertanggungjawab yang kami miliki, dan telah dibangun melalui penelitian mengenai machine learning yang menjaga privasi selama beberapa dekade terakhir.
Baca Juga: Laptop Gaming Lenovo Dilengkapi dengan Chip AI Khusus Pertama di Dunia
Baca Juga: OpenAI Bakal Berikan Rp297 Juta ke Para Penemu Bug di ChatGPT
Penulis | : | Rafki Fachrizal |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR