Dengan segala yang telah dikatakan dan dijanjikan tentang 5G selama bertahun-tahun, mudah untuk melupakan bahwa penyebaran teknologi ini secara global baru dimulai beberapa bulan sebelum pandemi.
Meskipun semua tantangan dalam beberapa tahun terakhir, adopsi 5G sebenarnya terjadi dengan kecepatan yang lebih tinggi daripada 4G pada tahap serupa dalam siklus hidupnya. Dan dengan peningkatan adopsi tersebut, beberapa janji 5G mulai terwujud.
Bagi perusahaan telekomunikasi, ini tidak bisa terjadi dengan cepat. Pasar layanan konektivitas tradisional sangat kompetitif. Di Indonesia, misalnya, terdapat 134 pelanggan seluler per 100 orang.
Tingkat jenuh seperti ini mengarah pada perang harga dan perputaran pelanggan yang tinggi, yang merupakan resep untuk biaya akuisisi yang tinggi, margin yang ketat, dan pendapatan rata-rata per pengguna (average revenue per user / ARPU) yang rendah.
YiLun Miao (Managing Director Asia Pacific di CloudBlue) mengatakan keuntungan nyata 5G bagi perusahaan telekomunikasi adalah memungkinkan mereka untuk melakukan diversifikasi.
"Mereka perlu meningkatkan konektivitas internet dan keandalan untuk melayani pelanggan B2B yang berada lebih dekat ke tepi jaringan dengan layanan dan solusi tambahan. Mereka dapat menggabungkan berbagai layanan teknologi seperti konektivitas 5G, data, layanan cloud, keamanan siber, dan layanan pengaturan profesional menggunakan model "everything as a service" (XaaS)," katanya.
Paket-paket solusi B2B ini mewakili sumber pendapatan penting bagi perusahaan telekomunikasi. Pasar layanan cloud publik di kawasan APAC diperkirakan akan melampaui 153 miliar dolar AS pada tahun 2026, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan yang lebih cepat daripada di Amerika Serikat.
Sementara pasar perangkat lunak sebagai layanan (SaaS) diperkirakan akan melebihi 58 miliar dolar AS pada tahun 2026, menyumbang 40% dari pasar layanan cloud di kawasan APAC.
Kini perlombaan dimulai di industri telekomunikasi. Namun, ada tiga tantangan yang harus mereka atasi terlebih dahulu.
Memperkuat kemampuan teknologi
Perusahaan telekomunikasi memiliki banyak infrastruktur, keahlian, dan kumpulan pelanggan yang sudah ada. Hal ini tentu menguntungkan bagi mereka.
Tetapi membangun serangkaian layanan B2B baru untuk dijual kembali dan menciptakan model XaaS membutuhkan integrasi berbagai vendor dan sistem yang sangat kompleks dan memakan waktu.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR