AwanPintar.id, sebuah cloud security engine milik PT Prosperita Sistem Indonesia, menyajikan peta ancaman digital real time di Indonesia yang dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan.
Peta ancaman digital ini dikembangkan karena kajian tentang ancaman digital di Indonesia dirasa masih kurang. Hal itu diutarakan oleh Founder AwanPintar.id dan Chief Technology Officer (CTO) PT Prosperita Sistem Indonesia, Yudhi Kukuh.
Menurut Yudhi, laporan seputar analisis serangan siber kebanyakan bersifat global dan dikeluarkan oleh brand-brand multinasional, serta tidak dapat dilihat secara real time. Inilah yang melandasi inisiatif tersebut.
Kepada media, Yudhi memperlihatkan kemampuan peta ancaman digital yang memperlihatkan serangan yang ditujukan ke Indonesia dalam 24 jam terakhir. Tidak hanya intensitas serangan, peta ini juga mengungkap asal serangan, sampai ke IP dan protokol yang digunakan, serta target CVE tertinggi.
Dengan sensor yang berada di jaringan nasional Indonesia, AwanPintar mendeteksi ancaman-ancaman yang datang, baik dari luar maupun dari lokal Indonesia. Yudhi menjelaskan, sensor AwanPintar bersifat pasif dan mandiri, yang berarti sebagai sensor akan menerima masukan yang berupa serangan dari seluruh dunia yang diarahkan ke tiap sensor secara spesifik.
Ia juga menjelaskan, sensor AwanPintar tidak memerlukan teknologi yang sifatnya monitoring seperti SPAN/Port Mirroring, NetFlow, IPFIX, sFlow atau jFlow sehingga terhindar dari kemungkinan pengumpanan data secara sengaja. Sebaran sensor di jaringan internet Indonesia dilakukan untuk melakukan sampling dari banyak IP dari beragam AS Number agar mendapatkan distribusi data yang komprehensif.
Lebih lanjut, Yudhi menyampaikan rencana PT Prosperita Sistem Indonesia untuk merilis laporan ancaman digital per semester. “Ini merupakan bentuk tanggung jawab dan kepedulian PT Prosperita Sistem Indonesia terhadap keamanan siber nasional. Prosperita melalui AwanPintar.id ingin berperan aktif menjaga kedaulan digital di Indonesia,” tegasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Ariandi Putra menyampaikan bahwa menjaga ruang siber adalah tanggung-jawab semua pihak, baik pemerintah maupun swasta.
“Karena hanya dengan menjaga ruang siber tetap aman, Indonesia akan dapat mencapai kedaulatan digital,” imbuh Ariandi Putra. Ia juga mengingatkan himbauan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, tentang data sebagai kekayaan jenis baru yang tidak ternilai harganya dan harus dijaga seutuhnya untuk kedaulatan digital di tanah air.
Mengenai teknologi di balik AwanPintar, Yudhi Kukuh menjelaskan, selain sensor, AwanPintar.id juga dibekali teknologi machine learning dan artificial intelligence untuk melakukan deteksi terhadap aktivitas yang mencurigakan dalam lalu lintas jaringan, seperti serangan DDoS, hacking, dan eksploit pada aplikasi atau sistem yang rentan.
Teknologi lain yang terlibat dalam pengoperasian dasbor real time ini adalah big data analytics yang bertugas menganalisis lalu lintas jaringan secara real-time sehingga hasil serangan pun dapat dilihat secara nyata pada peta serangan.
Yang menarik, dasbor peta serangan AwanPintar.id ini dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan, khusus para profesional di bidang TI. Pengguna dapat mengakses konsol melalui browser web.
Untuk penggunaan korporasi yang ingin mendapatkan data secara komprehensif, Prosperita Sistem menyediakan HTTPS RESTful API yang dapat terhubung langsung. Selain itu, DNSBL sesuai dengan RFC5782 dapat digunakan untuk pengecekan IP secara realtime.
AwanPintar.id juga menyediakan sensor yang dapat digunakan di jaringan korporasi yang memerlukan agar data ancaman dapat dianalisa dan ditampilkan untuk keperluan SOC atau CSIRT korporasi.
Selain itu, disediakan pula applikasi berbasis WEB dan RESTful API yang dapat digunakan untuk memperkuat pertahanan digital seperti file scanning, file analytic, IP Intelligence, IP Hunting, CVE Hunting serta fasilitas lain yang berkaitan.
Peta ancaman digital real time ini dapat diakses di tautan ini.
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
KOMENTAR