Ketika diminta oleh pengguna, model AI generatif ini dapat menghasilkan respons alami yang meyakinkan yang meniru pengalaman mengobrol dengan manusia.
Silverman dan penggugat lainnya menuduh bahwa OpenAI "mendapatkan keuntungan komersial dan keuntungan yang besar" dari karya-karya mereka yang dilindungi hak cipta dan beberapa materi berhak cipta lainnya, sebagaimana dikutip dari Business Insider.
Karya yang dimaksud adalah buku Silverman berjudul "The Bedwetter," sebuah memoar tentang dirinya yang hak ciptanya telah terdaftar.
Penggugat lainnya adalah penulis Christopher Golden, yang hak ciptanya meliputi "Ararat," sebuah buku tentang thriller supernatural, dan penulis Richard Kadrey, yang hak ciptanya meliputi buku fantasi urban yang gelap "Sandman Slim."
Para penulis itu mengatakan bahwa mereka "tidak menyetujui penggunaan buku berhak cipta mereka sebagai materi pelatihan" untuk model AI generatif.
Gugatan mereka masing-masing berisi enam dakwaan dari berbagai jenis pelanggaran hak cipta, kelalaian, pengayaan yang tidak adil, dan persaingan tidak sehat.
Karena itu, para penulis meminta ganti rugi menurut undang-undang, pengembalian keuntungan, dan banyak lagi.
Lebih lanjut, meskipun OpenAI tidak pernah mengungkapkan buku-buku apa saja yang menjadi bagian dari kumpulan data yang dimasukkan ke ChatGPT, dokumen di pengadilan menuduh bahwa banyak di antaranya berasal dari situs web "shadow library (perpustakaan bayangan)" (seperti Bibliotik, Library Genesis, Z-Library, dan lainnya) yang secara ilegal mengumpulkan konten yang seharusnya tidak dapat diakses.
Daniel Gervais, seorang profesor hukum di Vanderbilt University, sebelumnya mengatakan kepada Business Insider bahwa dia memperkirakan bakal ada lebih banyak tuntutan hukum yang melibatkan hukum hak cipta dan AI generatif di masa depan.
Sedangkan The Authors Guild, sebuah kelompok advokasi yang berbasis di Amerika Serikat yang mendukung hak-hak penulis, telah menerbitkan sebuah surat terbuka pada bulan Juni lalu yang menyerukan kepada para kepala eksekutif perusahaan Big Tech dan AI untuk "mendapatkan izin" dari para penulis dalam menggunakan karya mereka yang memiliki hak cipta dalam pelatihan program AI generatif dan "memberikan kompensasi kepada para penulis secara adil."
Baca Juga: Tak Kalah Canggih, Ini Daftar Alternatif Chatbot AI Selain ChatGPT
Baca Juga: Google Uji Coba Chatbot AI-nya di RS, Lebih Canggih dari ChatGPT
Source | : | The Verge |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR