Data akan menjadi bagian penting dalam menciptakan revenue stream baru bagi banyak organisasi. Fortune Business Insight menyebut, pasar data monetization global di tahun 2022 mencapai US$2,6 miliar, dan akan tumbuh sampai US$9,1 miliar pada tahun 2030 nanti.
Ada banyak alasan mengapa pemanfaatan data kini menjadi fokus banyak organisasi. Pemanfaatan data membuka ruang untuk peningkatan pelayanan konsumen, tumbuhnya produk inovatif, serta membangun kemitraan dengan mitra baru.
Semua peluang tersebut tentu saja akan berujung pada peningkatan pendapatan. Studi Melbourne Business School menemukan, perusahaan yang berhasil memanfaatkan data mengalami peningkatan pendapatan sampai 60%.
Akan tetapi, tantangan pemanfaatan sebagai revenue stream baru memang tidak mudah. Apalagi untuk industri finansial, yang harus berhadapan dengan legacy infrastructure dan regulasi yang ketat. “Sebuah bank harus menyimpan data produk keuangan kredit rumah yang usianya bisa mencapai 30 tahun,” ungkap Joseph Duronio (Director of Strategic Partners Snowflake). “Jadi jika dibandingkan industri lain, industri finansial memiliki tantangan manajemen data yang lebih kompleks,” tambah pria yang akrab dipanggil Joe ini.
Joe mengungkapkan hal tersebut pada acara InfoKomputer CIO Forum yang berlangsung beberapa waktu lalu. Pada acara ini, hadir IT Leaders perusahaan perbankan dan finansial Indonesia yang berdiskusi mengenai potensi dan tantangan pemanfaatan data di industri finansial.
Mengenal Solusi Data Platform Snowflake
Dengan karakteristik data seperti itu, masalah klasik yang harus dihadapi pelaku industri finansial adalah data silo, alias data yang tersebar di mana-mana. “Hal ini menyebabkan data Anda tidak lengkap, tidak memiliki tata kelola, dan tidak memiliki skalabilitas yang dibutuhkan,” ujar Joe.
Tantangan inilah yang coba dijawab Snowflake dengan membangun sebuah data platform yang terintegrasi. Melalui platform ini, data silo tersebut akan dikumpulkan ke dalam layanan Snowflake yang berbasis cloud. “Data platform Snowflake dapat menangani semua jenis data, baik itu data tidak terstruktur, semi-terstruktur, terstruktur, sampai data streaming,” tambah Joe.
Ketika data sudah terkumpul di satu titik, pengelolaan dan pemanfaatan data pun menjadi lebih mudah. Salah satu fitur baru yang ditawarkan Snowflake adalah Unistore, yang memungkinkan
proses transactional and analytical data dilakukan di dalam satu platform. Hal ini berbeda dengan pendekatan sebelumnya, ketika data utama harus diduplikasi terlebih dahulu yang menimbulkan tantangan di sisi biaya, akurasi, serta keamanan data.
Joe juga menunjuk fitur lain dari Snowflake, yaitu Streamlit, yang memudahkan pembuatan web apps di atas data dan ML models di Snowflake. Menggunakan bahasa pemrograman Phyton, developer dengan mudah membuat web apps berisi hasil analisis (lengkap dengan grafik, filter, slider, dan komponen interaktif lainnya) berdasarkan data yang tersimpan di Snowflake. “Artinya perusahaan akan mendapatkan wawasan baru dari data yang telah Anda miliki selama ini,” ungkap Joe.
Ketika data tersusun rapi di platform Snowflake, perusahaan pun memiliki opsi untuk melakukan monetisasi melalui Snowflake Marketplace. Di marketplace ini, perusahaan dapat mengakuisisi maupun memasarkan datanya ke perusahaan lain. “Di Snowflake Marketplace, Anda bisa mendapatkan data yang menambah wawasan terhadap konsumen Anda,” ungkap Joe.
Contohnya, perusahaan bisa mendapatkan data apakah seseorang pernah mengidap Covid-19 atau memiliki gaya hidup tidak sehat, yang menjadi pertimbangan penting saat menentukan polis asuransi. Begitu pula sebaliknya. Perusahaan Indonesia bisa menawarkan datanya untuk dikonsumsi perusahaan lain, sehingga menciptakan revenue stream baru.
Saat ini, lebih dari 8000 organisasi dari berbagai industri telah memanfaatkan Snowflake Marketplace ini. Marketplace ini sendiri dibangun dengan mengedepankan regulasi, sehingga aktivitas di dalamnya dipastikan sesuai dengan regulasi seputar privasi dan perlindungan data.
Saat ini, data platform Snowflake sudah tersedia di Indonesia melalui layanan AWS Indonesia. Artinya, solusi Snowflake telah sejalan dengan regulasi data residential yang mengatur perusahaan perbankan dan finansial Indonesia. “Jadi data kredit rumah berusia 30 tahun, atau data polis asuransi berusia 50 tahun, bisa memiliki masa depan yang tak terbatas,” tambah Joe.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR