Teknologi artificial intelligence (AI) kian dilirik perusahaan dan organisasi. Di ajang Tech Summit 2023 di Jakarta, IBM membeberkan bagaimana cara membangun model AI yang aman dan andal untuk bisnis.
Tidak ada alasan lagi bagi perusahaan dan organisasi untuk tidak memasukkan artificial intelligence ke dalam agenda implementasi teknologinya. Pasalnya, berdasarkan penelitian IBM, adopsi AI meningkat 2,5 kali sepanjang 2017-2022. Penelitian ini mengungkapkan, perusahaan yang mengadopsi AI pada tahun 2022 mencapai 50%. Sementara di 2017, angkanya baru 20%.
“Kalau kita lihat lebih dalam hasil studi tersebut, yang terjadi adalah responden yang tadinya baru memikirkan atau mencoba (AI), sekarang sudah melakukan piloting dan implementasi. Mereka yang sebelumnya sudah melakukan implementasi, sekarang sudah meningkatkan skalanya,” jelas Chetan Khrisnamurthy, Vice President, IBM APAC di acara IBM Tech Summit 2023 pekan lalu.
Yang menarik juga, saat ini, adopsi AI bukan lagi dengan sekadar menyematkan AI di sana-sini dan membuat aplikasi dengan AI. “(Adopsi AI) adalah membenamkan AI lebih jauh pada semua hal yang dilakukan organisasi untuk menciptakan, mendorong nilai bagi klien mereka,” jelas Chetan. Atau dalam bahasa IBM, saat ini bukan lagi era + AI (plus AI) tapi era AI + (AI plus).
Penelitan yang sama, jelas Chetan, juga memperlihatkan tren kenaikan pengeluaran TI perusahaan yang dialokasikan untuk AI. “Tren yang meningkat ini juga menunjukkan AI untuk bisnis AI sekarang adalah hal yang nyata dan sesuatu yang mulai dibicarakan oleh organisasi,” Chetan menambahkan.
Manfaatkan Data Melimpah & Multi Model AI
Tak pelak, berkat ChatGPT, adopsi artificial intelligence terakselerasi. Namun Chetan mengajak perusahaan untuk melihat secara lebih luas. “Semua orang pastinya mengetahui tentang ChatGPT, tapi konsep (AI) lebih besar dari itu. AI bukan hanya tentang large language model (LLM). Namun (AI) terkait dengan konsep yang lebih dalam, yaitu foundation model, yang salah satu contohnya adalah LLM,” jelas Chetan Krishnamurthy.
Untuk membangun foundation model tersebut tentunya dibutuhkan data. Dan dalam konteks AI untuk bisnis, data-data yang akan digunakan untuk melatih model-model AI ini tentu memiliki kriteria tertentu. Salah satunya adalah ketepercayaan data.
Menurut Chetan, perusahaan sudah memiliki modal besar untuk membangun model-model AI untuk kebutuhan bisnis, yaitu data yang melimpah, entah itu data dari sistem TI, data dari sensor, data geospatial, dan sebagainya.
“Ada sejumlah dataset yang kita percayai, yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan bisnis, dan ini adalah hal yang kritis. Data-data ini dapat digunakan untuk membangun berbagai model fondasi yang pada akhirnya dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan perusahaan tersebut,” terang Chetan.
Selain itu, dengan kemajuan AI saat ini, perusahaan sekarang memiliki opsi multi-model AI yang bisa berjalan pada skenario multi-cloud. Multi-model AI memungkinkan organisasi dan perusahaan membangun model AI sendiri, tapi juga dapat memanfaatkan model-model yang telah disediakan oleh vendor-vendor teknologi, seperti IBM. Opsi lain adalah memakai model-model terbuka, misalnya model yang ditawarkan melalui kemitraan antara IBM dengan Hugging Face.
“Anda benar-benar mempunyai skenario multi-model yang dijalankan pada multi-cloud. Bayangkan fleksibilitas, kebebasan memilih, dan inovasi yang dapat Anda buat dalam skenario seperti ini yang pada akhirnya akan menciptakan nilai bisnis bagi klien dan membantu pengambilan keputusan bisnis,” tandasnya.
Dalam presentasinya, Chetan Khrisnamurthy juga memaparkan framework AI ladder yang berisi tahap-tahap untuk memandu perusahaan dalam implementasi AI. Ada lima tahapan dalam framework ini bergerak dari + AI ke arah AI + ini: pengumpulan dan organisasi data, menyematkan AI pada aplikasi, mengotomatisasi wokflow, mengganti beberapa workflow, dan AI melakukan tugasnya.
“Namun yang terpenting adalah semua itu dimulai dengan data, itu adalah hal yang penting,” Chetan mengingatkan.
Manfaatkan Ekosistem watsonx
Mendorong perusahaan dan organisasi mengadopsi AI dengan mudah dan aman, IBM baru-baru ini meluncurkan platform bernama watsonx. Platform ini memiliki tiga komponen: watsonx.ai, watsonx.data, dan watsonx.governance.
Watsonx.ai disebut Chetan sebagai semacam “studio” di mana perusahaan dapat melatih, mevalidasi, mengatur, dan men-deploy model AI. Sementara watsonx.data merupakan arsitektur fundamental mendasar bagi data-data yang akan digunakan untuk mengembangkan model AI.
“Watsonx.data mengusung open source terbaik, teknologi terbaik di satu platform yang akan membantu perusahaan mengakses, menerapkan tata kelola terhadap data. Komponen ini merupakan bagian terpenting dalam menbangun aplikasi AI yang kuat dan sangat efisien,” ujar Chetan.
Komponen ketiga dari platform ini adalah watsonx.governance. “Saat Anda membuat keputusan bisnis, brand harus diproteksi karena Anda membuat keputusan untuk organisasi. Watsonx.governance membantu, misalnya memantau dan melakuan mitigasi terhadap bias dan drift,” ujarnya lagi.
Secara keseluruhan ekosistem AI IBM dimulai dari platform hybrid cloud Red Hat (OpenShift, RHEL, dan Ansible Automation) sebagai fondasinya. Pada lapisan di atasnya terdapat platform AI dan data di mana watsonx berada. Lapisan teratas adalah produk AI yang diisi oleh aplikasi AI, seperti Turbonomic dan Instana untuk automasi TI, atau QRadar dan MaaS360 untuk security, dan lain-lain.
“Anda dapat menggunakan platform (watsonx) ini untuk membangun aplikasi, menyetel model, membawa data, juga memanfaatkan beberapa aplikasi yang ada di platfom untuk berbagai keperluan,” pungkas Chetan Khrisnamurthy.
Baca juga: IBM Ungkap Alasan Perusahaan Perlu Implementasikan AI Generatif
Baca juga: Dorong Digitalisasi Berbasis AI, IBM Siapkan dari watsonx Hingga IBM Academy
Penulis | : | Liana Threestayanti |
Editor | : | Liana Threestayanti |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR