OpenAI mendorong para guru menggunakan chatbot artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ChatGPT di dalam ruang kelas unttuk mempercepat proses belajar mengajar siswa.
Selain itu, OpenAI juga membagikan pedoman cara mengajar ilmu pengetahuan AI dan membagikan materi AI kepada guru-guru. Saat ChatGPT tersedia dalam beberapa model bahasa besar (LLM) yang meliputi GPT-3, GPT-3.5, dan GPT-4.
OpenAI telah merinci berbagai contoh pendidik dari berbagai negara dalam sebuah posting resmi berjudul "Mengajar dengan AI."
Meskipun sebagian besar dari mereka bekerja di lingkungan universitas, beberapa di antaranya mengajar di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mengintegrasikan ChatGPT dalam kurikulum mereka.
Salah satu contohnya adalah Helen Crompton, seorang Profesor Teknologi Instruksional di Old Dominion University. Dia mendorong mahasiswa pascasarjana pendidikannya untuk menggunakan ChatGPT sebagai alat yang bisa mengambil peran berbagai persona.
Dia menjelaskan bahwa alat ini dapat berperan sebagai rekan debat untuk mengidentifikasi kelemahan dalam argumen, sebagai perekrut yang melakukan wawancara pekerjaan, atau sebagai atasan baru yang memberikan umpan balik dalam konteks tertentu.
"Eksplorasi informasi melalui percakapan membantu siswa memahami materi dengan lebih baik dengan memberikan nuansa tambahan dan perspektif baru," ujarnya.
Geetha Venugopal, seorang guru ilmu komputer di American International School di Chennai, India, juga menggunakan ChatGPT untuk mengajarkan siswa cara menggunakan alat AI secara bertanggung jawab.
ia mendorong siswa untuk berpikir kritis terhadap jawaban yang diberikan oleh ChatGPT, mengingat bahwa tidak semua jawaban selalu akurat atau kredibel.
Tujuannya adalah untuk membantu siswa memahami pentingnya mengembangkan keterampilan pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas.
Penggunaan AI generatif dalam ruang kelas telah menjadi topik kontroversial, terutama ketika siswa menggunakannya untuk menghindari pekerjaan mereka sendiri atau mencari jalan pintas, seperti dalam penulisan esai.
Beberapa lembaga pendidikan di seluruh dunia telah mengambil tindakan melarang aplikasi semacam ini dan menambahkannya ke dalam daftar situs yang diblokir di jaringan internet sekolah.
Meskipun ada beberapa perubahan dalam kebijakan, seperti yang dilakukan oleh sistem Sekolah Umum Kota New York pada Mei lalu yang memungkinkan guru untuk menggunakan ChatGPT sesuai kebijakan mereka, penggunaan AI generatif dalam pendidikan tetap menjadi isu yang kontroversial.
Baca Juga: Bos Nvidia: ChatGPT Lebih Bermanfaat daripada Tambang Kripto
Baca Juga: Kembangkan AI, Iris Energy Borong Ratusan GPU Nvidia Rp152 Miliar
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR