Google melakukan berbagai cara supaya mesin pencarinya menjadi mesin pencari default atau bawaan di iPhone dan HP Samsung, mengingat kedua pabrikan smartphone itu merajai smartphone di dunia. Tentunya, mesin pencari Google Search masih menjadi penyumbang utama pundi-pundi Google.
Laporan terbaru mengungkapkan Google membayar sekitar Rp216 triliun kepada Apple dan Samsung sebagai bagian dari upaya Google untuk menjaga mesin pencarinya tetap menjadi pilihan utama di perangkat iPhone dan Galaxy.
Dalam sidang anti-monopoli dengan Departemen Kehakiman AS, terungkap bahwa Google telah mengeluarkan sejumlah besar uang untuk memastikan mesin pencari mereka tidak tergantikan di kedua perangkat tersebut.
Salah satu saksi dalam sidang, Patrick Chang, (Mantan Eksekutif Samsung Next) mengungkapkan Google telah mencegah Samsung dari menambahkan aplikasi bernama Branch ke ponsel Galaxy mereka. Branch adalah aplikasi yang akan melakukan pencarian di antara aplikasi yang ada di ponsel, bukan di internet.
Selain itu, Google juga meminta agar pencarian Branch tetap berada di dalam aplikasi, bukan berbasis web, sebagai syarat untuk membuat kesepakatan dengan produsen ponsel dan operator. Selain Google, operator seperti AT&T juga terlibat dalam praktik ini, karena mereka juga mendapatkan "biaya" tahunan dari Google.
Departemen Kehakiman AS menuduh bahwa Google membayar sekitar 10 miliar USD per tahun kepada Samsung dan Apple agar mesin pencari mereka menjadi default di perangkat-perangkat tersebut. Sidang ini telah berlangsung sejak 12 September 2023 dalam rangka mengatasi masalah praktik monopoli yang dilakukan oleh Google.
Cara Curang Google
Saat ini perusahaan teknologi sedang berlomba-lomba menggunakan mengembangan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Microsoft pun mendapatkan perlawanan sengit dari Google yang ingin mendominasi pasar AI. Baru-baru ini CEO Microsoft Satya Nadella frustasi menghadapi strategi Google yang ingin mendominasi dunia AI dengan cara licik.
Google telah memonopoli dan menjalin kesepakatan besar dengan berbagai perusahaan penerbit di seluruh dunia supaya konten produksinya hanya dapat digunakan oleh Google.
"Konten dalam bentuk video, teks, dan suara sangat penting sebagai "bahan bakar" untuk membangun platform AI," katanya.
Sebagai informasi, teknologi AI seperti ChatGPT milik OpenAI dan Bard milik Google menggunakan konten yang ada untuk belajar dan menghasilkan konten sesuai permintaan pengguna.
Nadella mengkritisi cara kotor Google yang ingin para pesaingnya tidak bisa menggunakan konten-konten yang ada di pasar. Hal itu sangat mirip dengan kasus monopoli Google terhadap Departemen Pertahanan AS.
Jaksa AS mengklaim saat ini Google menguasai 90 persen pasar pencarian internet di dunia. Google menggunakan cara curang untuk mewujudkan ambisinya tersebut dengan cara membayar produsen perangkat seperti Apple dan operator seluler seperti AT&T.
Google mengeluarkan USD 10 miliar setiap tahun kepada Apple, AT&T, dan perusahaan lainnya agar Google Search tetap menjadi mesin pencari utama di perangkat-perangkat warga AS.
Dominasi Google dalam industri pencarian telah menjadikan perusahaan ini pemain utama di pasar iklan, yang menghasilkan keuntungan besar.
Nadella mengungkapkan pelatihan platform AI ada tiga yaitu daya, server, dan data. Ia mengklaim bahwa Microsoft tidak memiliki masalah dengan sumber daya finansial untuk ini.
"Tidak masalah, kami siap untuk menginvestasikan dana yang dibutuhkan," ujarnya.
Tanpa secara langsung menyebut nama Google, Nadella mengkritik kesepakatan eksklusif antara perusahaan dan penerbit konten sebagai tindakan yang "problematis."
Ia mencatat bahwa setiap kali ia berbicara dengan penerbit, mereka selalu menyatakan bahwa Google bersedia membayar dengan eksklusivitas. Hal ini memaksa pesaing-pesaingnya untuk mengikuti tawaran serupa.
Baca Juga: Antisipasi Ancaman, PBB Kenalkan Proyek Pengawasan Penggunaan AI
Baca Juga: Bukan Windows 11, Ini OS Windows yang Paling Banyak Dipakai di Dunia
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR