Perusahaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan asal China Super Brain mengklaim dapat 'menghidupkan kembali' orang yang sudah meninggal dengan menciptakan ribuan 'manusia digital'. Proses ini melibatkan penggunaan materi audiovisual berdurasi 20 detik terkait dengan individu yang telah meninggal.
Pendiri Super Brain, Zhang Zhewei, menyatakan saat ini China memimpin dalam perkembangan teknologi AI global dan mencatat tingginya permintaan di pasar, terutama dari individu dengan kebutuhan emosional.
"Bisnis ini sedang booming di China dan bahkan melampaui popularitas di Amerika Serikat," katanya.
Super Brain menawarkan layanan menciptakan avatar sederhana dalam waktu 20 hari dengan biaya antara 10.000 hingga 20.000 Yuan atau Rp24-43 jutaan. Klien mereka bervariasi, termasuk keluarga yang kehilangan anggota, dan mereka dapat melakukan video call dengan staf yang wajah dan suaranya diubah digital untuk meniru orang yang sudah meninggal.
"Versi digital seseorang (bisa) ada selamanya, bahkan setelah tubuh mereka tidak ada," ujar Zhang.
Seakoo Wu, seorang warga China, merupakan salah satu yang memanfaatkan teknologi ini setelah kehilangan putra bernama Xuanmo. Wu mengumpulkan foto, video, dan rekaman audio putranya untuk bekerja sama dengan perusahaan AI guna menciptakan avatar yang bisa meniru suara dan wajah Xuanmo.
"Begitu kita bisa menyelaraskan realita dan metaverse, saya akan bisa bergabung dengan putra saya lagi. Saya bisa melatihnya... agar kalau dia melihat saya, dia tahu bahwa saya adalah ayahnya," katanya seperti dikutip AFP.
Beberapa ahli menyoroti bahwa meskipun teknologi ini dapat memberikan kenyamanan bagi mereka yang berduka, ada risiko psikologis dan etika yang perlu dipertimbangkan.
Tal Morse, peneliti di University of Bath, menyatakan bahwa pertanyaan kunci termasuk seberapa 'loyal' avatar tersebut terhadap kepribadian yang ditiru dan potensi dampak negatif terhadap memori individu yang diwakili.
Meskipun teknologi ini menimbulkan pertanyaan serius, pendiri Super Brain, Zhang, menyatakan bahwa perusahaan mereka tidak akan menerima klien yang berpotensi mengalami efek negatif dan meyakinkan bahwa mereka fokus membantu mereka yang membutuhkan.
Baca Juga: Fitur AI Terbaru Snapchat ini Bisa Buat Gambar Secara Otomatis
Baca Juga: Tangkis Konten Hoaks, Meta Bakal Luncurkan Pengecekan Fakta di Threads
Source | : | AFP |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR