Singapura
Via rekaman yang diputar berhubung berhalangan hadir secara langsung, Oliver Tian menegaskan bahwa AI tidak akan menggantikan manusia melainkan manusia yang bisa menggunakan AI yang akan menggantikan manusia yang tidak bisa memakai AI. Tak sedikit pekerjaan yang pengerjaannya bisa dilakukan alias diambil alih oleh AI, tetapi terdapat keahlian yang bisa dibilang — setidaknya dalam waktu yang tidak terlalu jauh ke depan — hanya dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu manusia dus murid harus memilikinya agar tidak digeser oleh AI pada dunia kerja masa depan. Keahlian bersangkutan adalah pemecahan masalah dan pemikiran kritis.
Apalagi perkembangan teknologi seperti AI tidak bisa dihentikan. AI akan bertambah bagus dan terus bertambah bagus. Bila tidak mengikuti kemajuan teknologi dus AI, suatu entitas akan tertinggal. Oleh karena itu, AI harus dipelajari oleh siswa sejak dini. Agar murid bisa belajar hal-hal yang telah disebutkan akan AI sejak dini secara baik, pendidikan yang dipakai sebaiknya juga perlu berevolusi. Oliver Tian menyebutkan bahwa pendidikan seharusnya antara lain menyenangkan, memiliki keseimbangan antara just-in-case learning dan just-in-time learning, serta mengadopsi berbagai perkakas AI. Ia pun menekankan bahwa organisasi masa depan adalah dimungkinkan oleh AI generatif dan dipimpin oleh manusia.
Filipina
Mempertanyakan apakah AI sebenarnya adalah suatu masalah atau tidak, Atty. Ira Paulo Pozon memberikan pemaparan bertajuk “How Do You Solve a Problem Like AI”. Pasalnya, AI adalah alat: bisa membantu. Mengambil AI generatif, Atty. Ira Paulo Pozon mencontohkan bagaimana ia bisa membuat slide secara lebih efisien. Begitu pula bagaimana ia mendapatkan inspirasi mengenai cara menjelaskan suatu istilah hukum kepada siswa. Jadi, AI bukan suatu masalah dalam pendidikan. AI sebaiknya digunakan dalam pendidikan berhubung bisa membantu plus mempersiapkan keahlian menggunakannya. Namun, sekolah dus guru perlu berinovasi untuk memastikan agar AI tidak disalahgunakan murid.
Lagi pula, meski AI kemungkinan akan menghilangkan sejumlah pekerjaan, tetapi AI diyakini juga akan memunculkan aneka pekerjaan baru. Menurut World Economic Forum, keahlian seperti pemikiran analitis dan inovasi; pembelajaran aktif dan strategi pembelajaran; pemecahan masalah kompleks; pemikiran kritis dan analisis; serta kreativitas, keaslian, dan inisitif menjadi keahlian teratas untuk tahun 2025. Pendidikan yang baik seharusnya mendorong murid untuk beroleh kehalian-keahlian tersebut. Lebih lajut Atty. Ira Paulo Pozon menegaskan bahwa pendidikan yang baik harus mendorong hal-hal yang tidak bisa dilakukan AI.
Thailand
Mengambil judul “Harnessing AI for Education in Southeast Asia: Opportunities and Challenges”, Dr. Kritsachai Somsaman memaparkan bagaimana AI bisa membantu meningkatkan HI (human intelligence — kecerdasan manusia). Merujuk studi Benjamin Bloom bertajuk “2 Sigma Problem”, Dr. Kritsachai Somsaman menyebutkan bahwa secara rata-rata siswa yang mendapatkan pembelajaran dari tutor secara 1:1 memiliki pencapaian yang lebih baik dari yang mendapakan pembelajaran di kelas sekolah secara konvensional. Selisihnya adalah dua standar deviasi — dua sigma. Bila sebelumnya tutor secara 1:1 bisa dibilang mustahil dicapai, kini dengan AI, khususnya AI generatif, hal itu bisa menjadi kenyataan.
Namun, ia mengingatkan bahwa masih diperlukan banyak studi untuk memastikan dampak positif AI generatif terhadap pendidikan: apakah AI membuat pencapaian murid lebih tinggi. Selain itu, Dr. Kritsachai Somsaman juga menekankan bahwa cara menggunakan AI dalam pendidikan adalah lebih untuk mengembangkan pemikiran, untuk mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah. Jadi AI bukan dipakai murid untuk langsung mendapatkan jawaban akhir melainkan untuk membimbingnya mengembangkan cara berpikir. Pendidikan perihal AI untuk meningkatkan HI pun bisa dibilang tema yang lazim untuk AI Education Summit pada METAEDU Smart Education Expo 2024 ini.
Malaysia
Memaparkan inisiatif-inisiatif AI Malaysia, Richard Chung mengatakan bahwa salah satu dari inisiatif AI tersebut adalah program edukasi yang diselenggarakan di sekolah. Ia pun memastikan pada pemaparan yang bertajuk “Our Approach to AI & STEM Education”, program edukasi yang dimaksud bukan hanya diajarkan di sekolah tinggi, melainkan juga sekolah yang lebih rendah. Seperti yang lain, Richard Chung menyebutkan Malaysia meyakini pendidikan perihal AI perlu dilakukan kepada siswa sejak dini.
Tak hanya inisiatif AI bagi murid, salah satu inisiatif AI lain yang dipaparkan adalah kampanye kesadaran publik yang mencakup inisiatif AI for Rakyat. AI for Rakyat dijelaskan sebagai program daring untuk pembelajaran mandiri yang didesain untuk meningkatkan kesadaran akan AI. Via AI for Rakyat, masyarakat dengan beragam latar belakangnya diharapkan bisa lebih mengenal dan mengerti AI. Sejalan dengan itu, mereka diharapkan bisa mengatasi aneka miskonsepsi akan AI.
Penulis | : | Cakrawala Gintings |
Editor | : | Rafki Fachrizal |
KOMENTAR