Faktor cuaca memang akan mempengaruhi semua layanan internet berbasis satelit, termasuk Starlink. Akan tetapi, Starlink relatif lebih kokoh dalam menghadapi faktor cuaca karena menggunakan orbit dan frekuensi yang lebih rendah dibanding satelit lainnya.
Dari sisi orbit, Starlink beroperasi di ketinggian 550 km di atas permukaan bumi. Orbit ini lebih jauh lebih rendah dibandingkan satelit internet biasa yang beroperasi di ketinggian 35.000 km.
Sementara dari sisi frekuensi, Starlink menggunakan L dan S Band (1,5-2,5GHz) alias sama dengan frekuensi GSM. Frekuensi rendah ini memungkinkan kecepatan internet yang tinggi.
Sebenarnya, penggunaan frekuensi dan orbit yang rendah ini memiliki konsekuensi tersendiri, yaitu jumlah satelit harus banyak. Namun mengingat SpaceX adalah perusahaan antariksa terbaik di dunia saat ini, tantangan tersebut dapat diatasi. Contohnya, SpaceX mengoperasikan satelit “mini” dengan bobot 440 kg untuk layanan Starlink ini. Falcon 9, pesawat ulang-alik andalan SpaceX, juga dapat membawa 60 satelit sekaligus sekali mengudara.
Kembali ke pertanyaan di atas, apakah performa Starlink akan terpengaruh cuaca? Jawabannya adalah iya, namun tidak signifikan.
Berapa harga Starlink?
Starlink menyediakan beberapa paket untuk pengguna. Untuk pengguna rumahan, Starlink mematok biaya langganan Rp.750 ribu per bulan. Harga ini belum termasuk pembelian antena seharga Rp.7,8 juta.
Paket lain yang tersedia adalah paket Jelajah alias mobile. Paket ini diperuntukkan bagi pengguna yang berpindah-pindah lokasi atau melakukan penjelajahan. Paketnya dibagi dua: regional (Rp.990 ribu/bulan) serta global (Rp.6,995 juta/bulan). Harga ini juga belum termasuk pembelian antena seharga Rp.7,8 juta.
Informasi lebih lengkap bisa dilihat di sini.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR