Meski awalnya banyak yang meragukan, layanan internet Starlink milik SpaceX ternyata meraih sukses besar. Diprediksi, Starlink akan meraih pendapatan sekitar US$6,6 miliar pada tahun 2024 ini.
Kesuksesan ini pun mengundang pesaing. Salah satunya adalah Uni Eropa. Pada November 2022, mereka mengumumkan Project Infrastructure for Resilience, Interconnectivity and Security by Satellite atau IRIS2. Selain untuk bisnis, proyek ini juga sebuah usaha melepaskan ketergantungan akses internet terhadap perusahaan asing.
Untuk mewujudkan IRIS2 ini, Uni Eropa mengundang perusahaan Eropa untuk berkolaborasi membangun sistem internet berbasis satelit. Sebagai insentif, Uni Eropa bersedia menggelontorkan dana 2,4 miliar Euro untuk terlaksananya program ini. Uni Eropa berharap, IRIS2 bisa beroperasi pada tahun 2027.
Saat ini sudah ada sebuah konsorsium yang mengajukan diri untuk melaksanakan program ini. Konsorsium itu terdiri dari 12 perusahaan Eropa seperti Airbus, Eutelsat, Deutsche Telekom, dan Orange.
Otoritas Uni Eropa seharusnya mengumumkan pemenang proyek ini pada Maret 2024 lalu. Namun sampai saat ini, mereka belum melakukan pengumuman resmi. Ketidakjelasan ini menunjukkan tantangan besar yang harus dicapai IRIS2 untuk menjadi pesaing Starlink.
Susahnya Menyaingi Starlink
Ada banyak penyebab Uni Eropa kesulitan mewujudkan IRIS2. Salah satunya adalah belum adanya cara yang efektif dan efisien untuk membawa satelit mereka ke luar angkasa.
Di rencana awal, satelit IRIS2 ini akan dibawa oleh Ariane 6, pesawat ulang-alik milik Arianespace (perusahaan asal Perancis). Namun sampai saat ini, Ariane 6 masih dalam proses pengembangan. Arianespace kesulitan membuat Ariane 6 dengan anggaran yang dipatok di angka US$75 juta per peluncuran. Kabar terakhir menyebut, Ariane 6 akan menelan biaya US$115 juta.
Angka itu jauh dari biaya operasional Starlink yang cuma US$67 juta. Rendahnya biaya operasional ini tidak lepas dari kemampuan roket pesawat ulang-alik SpaceX, yaitu Falcon 9, untuk kembali ke bumi dan digunakan kembali.
Biaya peluncuran ini menjadi penting karena sangat berpengaruh terhadap biaya untuk membangun jaringan satelit di luar angkasa. Perlu diingat, kelebihan Starlink adalah konfigurasinya yang berada di LEO (Low Earth Orbit) atau sekitar 600km saja dari permukaan bumi.
Konfigurasi LEO ini memungkinkan response time dan kecepatan internet yang tinggi, namun harus dibarengi dengan jumlah satelit yang banyak. SpaceX sendiri saat ini telah mengorbitkan 6000 satelit, dengan target 12.000 satelit di beberapa tahun ke depan.
Jika IRIS2 ingin bersaing dengan Starlink, mereka juga harus memiliki konfigurasi satelit yang sama banyak. Jika biaya per peluncuran tinggi, anggaran untuk IRIS2 pun akan membengkak.
Jadi boleh dibilang, saat ini cukup sulit bersaing dengan Starlink di industri layanan internet berbasis satelit.
Penulis | : | Wisnu Nugroho |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR