SpaceX mengungkapkan jumlah pengguna layanan internet berbasis satelit Starlink mencapai tiga juta di seluruh dunia sejak peluncurannya pada 2015. Pengguna Starlink tersebar di hampir 100 negara, mencakup tujuh benua dan samudera termasuk Indonesia.
"Jumlah pengguna Starlink di seluruh dunia melebihi tiga juta dan terus bertambah," demikian pernyataan dari Starlink.
CEO SpaceX Elon Musk menghadiri World Water Forum di Bali sekaligus meresmikan layanan jaringan Internet Starlink di pasar ritel Indonesia. Starlink sendiri bisa menyelesaikan permasalahan internet di Indonesia terutama di daerah terpencil. Apalagi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan bahwa layanan Starlink telah berhasil melalui tahapan Uji Laik Operasi (ULO).
Hal itu membuat Starlink telah direstui untuk melayani pelanggan ritel Indonesia dan sudah banyak dipesan oleh masyarakat Indonesia. Starlink sudah memasang banderol harga untuk layanan-layanan yang ditawarkan di situsnya. Ada dua opsi paket layanan yang diberikan Starlink, yakni personal dan bisnis. Masing-masing opsi terbagi menjadi tiga kategori paket, yakni residensial atau lokasi tetap, jelajah atau mobilitas darat, dan kapal atau mobilitas di laut.
Selain membayar biaya langganan, setiap layanan yang diberikan mengharuskan pengguna untuk membeli serta perangkat penerima sinyal satelit. Starlink sendiri saat ini telah beroperasi di puluhan negara. Selain Indonesia, negara tetangga Malaysia dan Filipina juga telah bisa mendapatkan layanan Starlink.
Cara Kerja
Berbeda dengan layanan internet berbasis kabel, Starlink menggunakan koneksi satelit. Karena berbasis satelit, layanan internet Starlink bisa mencapai daerah terpencil yang belum terjangkau layanan kabel serat optik maupun seluler (seperti 4G). Saat ini, SpaceX sudah mengoperasikan 5986 satelit yang tersebar di seluruh dunia. Termasuk, di atas wilayah Indonesia. Karena itulah layanan Starlink kini dapat dimanfaatkan masyarakat Indonesia.
Jika mengacu pada janji SpaceX, kecepatan internet Starlink bisa mencapai 1Gbps. Bahkan di masa depan, kecepatan internetnya dijanjikan mencapai 10Gbps. Namun jika melihat data Ookla (penyedia layanan perhitungan kecepatan internet), kecepatan Starlink berada di kisaran 100-122 Mbps. Angka itu didapat dari pengguna di 14 negara di Eropa.
Sementara jika melihat review awal pengguna Starlink di Indonesia, kecepatan Starlink bisa di atas 200 Mbps. Faktor cuaca memang akan mempengaruhi semua layanan internet berbasis satelit, termasuk Starlink. Akan tetapi, Starlink relatif lebih kokoh dalam menghadapi faktor cuaca karena menggunakan orbit dan frekuensi yang lebih rendah dibanding satelit lainnya.
Dari sisi orbit, Starlink beroperasi di ketinggian 550 km di atas permukaan bumi. Orbit ini lebih jauh lebih rendah dibandingkan satelit internet biasa yang beroperasi di ketinggian 35.000 km. Sementara dari sisi frekuensi, Starlink menggunakan L dan S Band (1,5-2,5GHz) alias sama dengan frekuensi GSM. Frekuensi rendah ini memungkinkan kecepatan internet yang tinggi.
Starlink menghadirkan paket untuk pengguna. Untuk pengguna rumahan, Starlink mematok biaya langganan Rp.750 ribu per bulan. Harga ini belum termasuk pembelian antena seharga Rp.7,8 juta. Paket lain yang tersedia adalah paket Jelajah alias mobile. Paket ini diperuntukkan bagi pengguna yang berpindah-pindah lokasi atau melakukan penjelajahan. Paketnya dibagi dua: regional (Rp.990 ribu/bulan) serta global (Rp.6,995 juta/bulan). Harga ini juga belum termasuk pembelian antena seharga Rp.7,8 juta.
Baca Juga: Bos Baidu Prediksi AI Bakal Kalahkan Kecerdasan Manusia 10 Tahun Lagi
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR