SpaceX, perusahaan milik Elon Musk resmi menghadirkan layanan internet super cepat Starlink di Indonesia dengan menawarkan kecepatan internet yang sangat tinggi. Starlink beroperasi pada ketinggian yang jauh lebih rendah dibandingkan satelit konvensional. Sebagai perbandingan, umumnya satelit internet berada di orbit geostasioner dengan ketinggian sekitar 35.400 kilometer (km). Sedangkan satelit Starlink berada hanya pada ketinggian 550 km.
Ketinggian posisi satelit Starlink yang lebih rendah itu berdampak pada latensi yang lebih rendah dibandingkan satelit biasa sehingga mampu mengirimkan data Internet dengan cepat. Latensi adalah waktu yang diperlukan untuk data dikirim dan diterima kembali oleh pengguna.
Internet satelit konvensional memiliki latensi sekitar 600-1.000 milisekon, sedangkan Starlink hanya sekitar 20 milisekon. Latensi yang rendah ini membuat penggunaan internet lebih cepat. Keuntungan ketinggian satelit yang rendah lainnya adalah jangkauan orbit setiap satelit Starlink relatif kecil.
Karena itu, sistem Starlink memerlukan ribuan satelit yang bekerja sama mengorbit Bumi untuk beroperasi dengan baik. Sejauh ini, SpaceX telah meluncurkan sekitar 6.000 satelit Starlink, dengan sekitar 5.000 di antaranya aktif, menurut Fajrul Fx.
Setiap satelit Starlink memiliki tiga laser optik ruang angkasa yang mampu membawa informasi hingga 200 Gbps. Laser itu memungkinkan satelit berkomunikasi satu sama lain, yang berkontribusi pada kecepatan internet Starlink yang mencapai ratusan Mbps saat digunakan di bumi.
SpaceX mengungkapkan jumlah pengguna layanan internet berbasis satelit Starlink mencapai tiga juta di seluruh dunia sejak peluncurannya pada 2015. Pengguna Starlink tersebar di hampir 100 negara, mencakup tujuh benua dan samudera termasuk Indonesia.
"Jumlah pengguna Starlink di seluruh dunia melebihi tiga juta dan terus bertambah," demikian pernyataan dari Starlink.
Wajib Buka Kantor
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi meminta PT Starlink Services Indonesia (Starlink), penyedia layanan internet satelit milik Elon Musk membangun kantor operasional atau Network Operation Center (NOC) di Indonesia. NOC sendiri adalah fasilitas yang untuk mengawasi seluruh operasi dan alur trafik data dari suatu jaringan internet.
"NOC sangat penting supaya layanan internet Starlink tidak digunakan untuk mengakses konten negatif yang melanggar hukum dan peraturan di Indonesia. NOC Starlink harus ada di Indonesia dan Starlink sudah berkomitmen terkait hal tersebut," kata Budi.
Tak hanya itu, kehadiran NOC Starlink di Indonesia juga membantu Kominfo untuk mengawasi trafik dan layanannya. Kominfo juga meminta Starlink membangun gateway di Indonesia sebagai penghubung Knternet ke perangkat konsumen, serta mematuhi semua peraturan yang berlaku di Indonesia selama mereka berbisnis di sini.
"Kehadiran NOC Starlink di Indonesia bertujuan agar kami bisa mengawasi apakah trafik Starlink digunakan untuk aktivitas negatif seperti judi online, pornografi, dan lainnya, serta memantau kualitas dan status layanan internet Starlink," tambah Budi.
Budi tidak menyebutkan kapan Starlink akan membangun NOC atau gateway internet di Indonesia, tetapi memastikan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan terus mengawasi operasional Starlink di Indonesia.
"Saya sudah memerintahkan jajaran Kemenkominfo untuk terus mengawasi dan mengendalikan seluruh penyelenggara jasa telekomunikasi, termasuk PT Starlink Services Indonesia," ujar Budi.
Baca Juga: Dapat Update AI, Kini Adobe Acrobat Mampu Merangkum Dokumen
Baca Juga: Google Tambahkan Fitur AI Gemini ke Gmail, Ini Kemampuannya
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR