Kualitas streaming video di Indonesia termasuk yang paling rendah menurut laporan The State of Mobile Video terbaru yang dirilis perusahaan pemetaan jaringan OpenSignal.
Di antara 14 negara Asia Timur dan Australia yang tercakup dalam laporan OpenSignal, Indonesia menduduki nomor tiga dari bawah perihal kualitas pengalaman video streaming mobile lewat koneksi seluler.
Indonesia mendapat skor 45,6 poin dari 100 poin maksimal, unggul di atas Filipina yang menduduki posisi buncit dengan poin 35 dan Kamboja di urutan kedua dengan poin 40,7.
Sementara negara dengan predikat internet terbaik di Asia Timur direngkuh Singapura dengan skor 66,9 poin.
Saat Menonton Video YouTube Skor tersebut mengindikasikan hampir semua pengalaman internet di Singapura sangat mumpuni, termasuk kecepatan waktu unduhan dan risiko kegagalan minimum saat streaming video, bahkan pada resolusi video tertinggi.
Tak hanya di Asia, secara global, Singapura menjadi satu dari 11 negara di dunia dengan predikat kualitas video streaming "paling baik".
Wilayah lain yang masuk perhitungan Asia dengan kualitas video sangat memadai adalah Australia dan Taiwan dengan poin 65.
Kendati demikian, OpenSignal melaporkan bahwa secara keseluruhan, 14 negara Asia Timur tersebut berada pada rentang penilaian Good-to-Fair.
Open Signal menilai kualitas “pengalaman menonton video” berdasarkan kriteria yang diusun oleh lembaga Internatioal Telecommunication Union (ITU), meliputi kualitas gambar, waktu loading, dan frekuensi video tersendat.
Pengujian dilakukan di perangkat end-user dengan video beragam resolusi secara streaming. Hasil pengukuran kemudian dikuantifikasi dalam skala 0 hingga 100, semakin tinggi semakin mulus pemutaran video.
Metode selengkapnya bisa dilihat di tautan ini. OpenSignal turut memberikan skor video streaming berdasarkan kelima operator seluler di Indonesia.
Telkomsel duduk di urutan pertama, diikuti secara berturut-turut oleh XL, Smartfren, Tri, dan Indosat.
Nilai kualitas streaming video kelima operator seluler di Indonesia, menurut laporan OpenSignal(OpenSignal) Cepat bukan berarti bagus Kecepatan internet mobile yang tinggi tidak lantas selalu diiringi kualitas streaming video yang mumpuni.
OpenSignal menemukan dua temuan atas hal itu. Pertama, di negara yang telah memiliki rata-rata kecepatan internet mobile tinggi, korelasi antara kecepatan unduhan dan pengalaman video tidak selalu berbanding lurus.
Contohnya, Korea Selatan yang menjadi negara dengan rata-rata kecepatan downlink internet seluler tertinggi di antara 69 negara di dunia yang tercakup dalam penilaian OpenSignal, kualitas streaming videonya ternyata tidak begitu memuaskan.
Dengan kecepatan internet 45,6 Mbps, ranking video Korea Selatan justru tidak masuk urutan sebelas 11 besar soal pengalaman menonton video.
Skor kualitas streaming video di Negeri Gingseng ini mencapai 62,8 poin, hampir setara dengan Kuwait yang kecepatan internet selulernya hanya 14,7 Mbps.
Keadaan berbeda terjadi di Hong Kong yang memiliki kecepatan unduhan 14,7 Mbps, tapi kualitas streaming videonya setara dengan Korea Selatan, Selandia Baru, dan Jepang yang rata-rata kecepatan internetnya hampir dua kali lipat lebih tinggi dari Hong Kong.
Namun, dalam temuan yang kedua, OpenSignal menemukan bahwa di beberapa negara yang sedang membangun kapasitas koneksi LTE, korelasi antara kecepatan koneksi internet mobile dan pengalaman streaming video cukup berimbang.
Di sebagian besar negara Asia Tenggara yang rata-rata memiliki kecepatan downlink rendah, misalnya, kualitas streaming videonya juga rendah.
Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara memiliki kecepatan unduhan rata-rata 10 Mbps atau di bawahnya.
Negara-negara tersebut memiliki kualitas streaming video yang rendah pula. Menurut laporan OpenSignal, skor pengalaman video di Indonesia pun termasuk paling buruk.
Di benua Asia, peringkat video streaming Indonesia hanya lebih tinggi dari Kamboja, Pakistan, India, Iran, dan Filipina.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR